Coaction Indonesia atau Koaksi Indonesia mengajak para pekerja di sektor formal dan nonformal beralih ke pekerjaan ramah lingkungan atau green jobs untuk menanggulangi dampak krisis iklim. Bappenas dan United Nations Development Programme (UNDP) memproyeksikan pekerjaan yang membutuhkan green skills akan membuka peluang bagi 4,4 juta pekerja hingga 2030.
Manajer Riset dan Pengelolaan Pengetahuan Koaksi Indonesia Ridwan Arif mengatakan masyarakat memiliki peran besar dalam persoalan iklim dan lingkungan karena setiap orang memiliki ekosistem yang harus dirawat. Menurutnya, green jobs akan semakin dibutuhkan di berbagai sektor industri.
"Untuk beralih ke green jobs, banyak yang bisa dilakukan warga di kawasan urban, termasuk dengan menggunakan transportasi publik. Cara lain jika tidak mau bergantung pada transportasi publik, para penjejak green jobs bisa beralih menggunakan sepeda atau moda kendaraan lain berbasis listrik," ujar Ridwan, dalam keterangan tertulis, Rabu (24/4). Seruan Koaksi Indonesia ini disampaikan dalam peringatan Hari Bumi.
Di Jakarta, kegemaran bersepeda juga bisa membuka jalan untuk menggeluti green jobs. Seperti pengalaman Hendi Rahmat, Founder dan CEO Westbike Messenger Service. Pada 2013, Hendi memulai usaha jasa antar dengan sepeda yang bebas emisi. Selain menekan emisi karbon, usaha jasa antar sepeda mampu menyerap tenaga kerja.
Menurut Hendi, setiap hari pasukan bike messengers bisa melayani pengiriman sebanyak 7 ribu paket. Cabang usahanya kini tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan. Hendi mengaku bisa menghemat biaya bensin hingga Rp 60 juta dalam satu tahun dengan menggunakan para pengemudi sepeda.
Nilai penghematan itu diperolehnya dari Greenpeace Indonesia yang mengkalkulasi jumlah penghematan atas jasa pengiriman 1,5 juta paket kurir Westbike selama 2019. Berkat usaha tersebut, Hendi juga berhasil mempopulerkan kembali penggunaan sepeda ke kantor di Jakarta.
Hendi mengatakan menggeluti green jobs bisa dimulai dengan mengenali persoalan terkait dengan situasi lingkungan hidup. Dari situ, para calon pekerja hijau bisa memikirkan solusi untuk persoalan lingkungan hidup. "Modal dan dukungan akan ada untuk bisnis tersebut. Modal saya tidak besar waktu itu dan motivasi saya untuk Kota Jakarta," ujar Hendi. Ia mengaku menikmati proses perjalanan bisnis hijaunya dan sampai saat ini terus berkembang.
Green Jobs Bukan Hanya untuk Lulusan Sekolah Teknik
Anindita Sekar Jati adalah mantan manajer komunikasi New Energy Nexus yang berbasis di Jakarta. Dia tidak menyangka minatnya terhadap dunia komunikasi dan broadcasting justru menggiringnya menggeluti green jobs. Sebelum di Nexus, Anindita pernah magang di rumah produksi dokumenter kemudian pindah bekerja ke Yayasan WWF.
“Saya itu bekerja di sektor sustainability agak nyasar. Semula peminatannya broadcasting sesuai dengan jurusan kuliah di Fakultas Komunikasi Universitas Indonesia kemudian magang di rumah produksi dokumenter hingga dikenalkan dengan rekan yang bekerja di WWF," tutur Anindita.
Ia sadar WWF bukan organisasi kecil. "Sistem kerjanya kompleks dan melibatkan rekan pemerintah dan entitas usaha swasta,” kata Anindita dalam podcast Subjective yang merupakan program kerja sama dengan Koaksi Indonesia.
Bekerja di New Energy Nexus, dia mempelajari ragam isu seputar perubahan iklim, transisi energi, dan liku pengembangan energi terbarukan. Sesuai dengan tempat kerjanya yang berfokus pada wirausaha di sektor energi terbarukan, wawasannya akan energi terbarukan makin luas dan bertumbuh.
Menurutnya, usaha rintisan berbasis digital yang fokus pada energi terbarukan masih sangat jarang. Beberapa yang sudah hadir di antaranya Sylendra Power, Forbetric, Warung Energi, Pendulum, dan Bionersia.