Wakatobi Jadi Pusat Pelatihan Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan

ANTARA FOTO/Jojon/Spt.
Wisatawan menikmati keindahan bawah laut di Pulau Tomia, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Senin (6/5/2024).
Penulis: Djati Waluyo
4/6/2024, 16.22 WIB

Kawasan konservasi perairan Wakatobi yang berada di salah satu wilayah segitiga karang dunia ditetapkan sebagai pusat pelatihan pengelolaan kawasan konservasi  perairan.  Marine Protected Area Center of Excellence (MPA CoE) atau Pusat Pembelajaran Unggulan Kawasan Konservasi Siklus 3 tersebut menjadi tempat untuk bertukar informasi mengenai upaya pelestarian ekosistem laut dan perairan. 

Kementerian Kelautan dan Perikanan menyelenggarakan pelatihan tersebut di Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan Wakatobi pada 28 Mei hingga 4 Juni 2024. Pelatihan ini merupakan inisiatif yang dideklarasikan sejak 2019 dan telah menghasilkan alumni-alumni yang terus berkontribusi pada pengembangan kawasan konservasi perairan di daerahnya masing-masing.

Yayan Hikmayani, Pelaksana tugas Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengatakan masyarakat adat sangat berperan penting dalam pemeliharaan ekosistem laut, di mana wilayah perikanan tradisional itu ada di kawasan konservasi. "Kegiatan Wakatobi MPA CoE ini telah menjadi inisiatif yang sangat strategis untuk menjaga sumber daya alam yang ada di kawasan konservasi," ujar Yayan, dalam keterangan resmi, Selasa (4/6).

Khairudin Isman, Direktur Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan Wakatobi, mengatakan melalui kegiatan ini juga menjadi sebuah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan untuk saling berbagi pengetahuan kepada peserta. "Terutama, dari kelompok-kelompok yang telah menjadi ahli di bidangnya dan tentunya telah menerapkan praktik-praktik pengelolaan yang bijak," ujar Khairudin.

Khairudin menyebut, kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas, pengetahuan, dan pengalaman praktik langsung bagi para pengelola kawasan konservasi, praktisi, dan pegiat pengelolaan sumber daya perairan. Wakatobi MPA CoE menawarkan empat tema utama pelatihan yang meliputi pengorganisasian komunitas, transformasi pasar, pemantauan keanekaragaman pesisir dan laut, serta tata kelola kawasan konservasi perairan.

Pada setiap tema tersebut ada porsi sebesar 30% untuk materi teori dan 70% untuk praktik langsung di lapangan bersama para praktisi dan komunitas yang terdapat di Wakatobi.

Salah satu penerima beasiswa pelatihan, Arip, anggota kelompok Konservasi Alam Bawah Laut (KABL) Desa Sukarame, Banten, mengatakan terumbu karang  di Carita sudah rusak akibat praktik perikanan dan wisata yang tidak bertanggung jawab. Arip yang merupakan anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) berinisiatif membentuk kelompok KABL yang fokus pada rehabilitasi terumbu karang.

"Pelatihan ini sangat bermanfaat untuk kelompok, terutama untuk mempelajari dan mengaplikasikan metode rehabilitasi terumbu karang yang baru, sehingga ikan-ikan di Carita akan punya rumah baru," ujar Arip.

Sementara itu, Ari Sandy Muchtar, Perwakilan Pengelola Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kolaka, mengatakan pelatihan ini meningkatkan kapasitas para pemuda dalam mengelola kelompok nelayan dan pembudidaya ikan yang berada dekat dengan kawasan konservasi perairan. "Apalagi, dengan adanya calon Kawasan Konservasi Daerah Kolaka dan Kolaka Utara ini, saya berkomitmen untuk mendukung pengelolaannya," ujar Ari.

Sebagaimana diketahui, AKKP Wakatobi bersama Yayasan WWF Indonesia sepakat untuk terus berkolaborasi dalam mengimplementasikan program pelatihan Wakatobi MPA CoE di masa depan. AKKP Wakatobi berharap pusat pelatihan ini akan menjadi rujukan pembelajaran mengenai pengelolaan kawasan konservasi di tingkat nasional maupun regional, terutama sebagai salah satu wilayah yang berada di Pusat Segitiga Karang Dunia.

Reporter: Djati Waluyo