Pertamina Butuh Investasi Rp 38,4 Triliun untuk Produksi BBM Rendah Sulfur

ANTARA FOTO/Idhad Zakaria/foc.
PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) memperkirakan kebutuhan investasi senilai US$ 2,5 miliar atau setara dengan Rp 38,4 triliun untuk membangun kilang yang mampu memproduksi bahan bakar minyak (BBM) rendah sulfur.
Penulis: Djati Waluyo
3/10/2024, 12.20 WIB

PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) memperkirakan kebutuhan investasi senilai US$ 2,5 miliar atau setara dengan Rp 38,4 triliun untuk membangun kilang yang mampu memproduksi bahan bakar minyak (BBM) rendah sulfur. Produksi BBM rendah sulfur merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mengurangi polusi udara.  

Sebagaimana diketahui, pemerintah melalui Surat Keputusan (SK) Dirjen Migas No. 447.K/2023 dan No. 110.K/2022 menetapkan BBM jenis Solar/Gasoil dan Bensin/Gasoline dengan batasan sulfur maksimum 50 parts per million (ppm). Aturan ini akan berlaku pada 1 Desember 2027 untuk solar dan 1 Januari 2028 untuk bensin.

Hermansyah Y Nasroen, Corporate Secretary KPI, mengatakan saat ini produk KPI yang kandungan sulfurnya di bawah 50 ppm adalah Pertamax Turbo dan Pertamina Dex. Untuk mengejar target yang telah ditetapkan pemerintah, Pertamina telah dan akan membangun beberapa proyek Diesel Hydrotreated (DHT) dan Gasoline Sulfur Hydrotreater (GSH) di beberapa kilang.

"Secara keseluruhan, perkiraan nilai investasi untuk proyek GSH dan DHT tersebut mencapai lebih dari US$ 2,5 miliar," ujar Hermansyah saat dikonfirmasi Katadata.co.id, Kamis (3/10).

Hermansyah menjelaskan, beberapa proyek yang telah dilaksanakan Kilang Pertamina salah satunya adalah proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan. Proyek RDMP Balikpapan akan menghasilkan produk BBM dengan kualitas setara Euro5 dan ditargetkan rampung pada 2025.

Selain itu, KPI tengah menggarap proyek pembangunan unit DHT untuk memproduksi BBM jenis solar dengan kadar sulfur maksimum 50 ppm di Kilang Cilacap dan Kilang Dumai. Selanjutnya, proyek Pembangunan unit GSH untuk memproduksi bensin atau gasoline dengan sulfur maksimum 50 ppm di Kilang Plaju dan Kilang Balongan.

"Saat ini, untuk proyek DHT Kilang Cilacap sudah memasuki tahap Final Investment Decision (FID) sedangkan proyek GSH Kilang Plaju dan Kilang Balongan sedang pada tahap Front End Engineering Design (FEED)," ujarnya.

Proyek-proyek tersebut merupakan bagian dari kontribusi KPI untuk ikut mengurangi emisi dan jg bagian dari implementasi prinsip environment, social, and governance (ESG) untuk menjadi perusahaan yang berwawasan lingkungan, bertanggung jawab sosial serta mempunyai tata kelola yang baik.

Reporter: Djati Waluyo