RI Butuh Investasi Rp 38.000 T pada 5 Sektor untuk Capai NZE, Terbesar di Energi
Perusahaan konsultan manajemen global Kearney mencatat Indonesia membutuhkan dana sebesar US$ 2,4 triliun atau setara dengan Rp 38 Kuadriliun untuk mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060. Investasi tersebut dibutuhkan di lima bidang, yaitu energi, transportasi, pertanian dan kehutanan, pengelolaan sampah, dan industri.
Hal itu tercantum dalam laporan perusahaan konsultan manajemen global, Kearney, yang berjudul "Jalur Indonesia Menuju Net Zero 2060". Direktur Utama Kearney Indonesia, Shirley Santoso, mengatakan energi menjadi sektor yang membutuhkan biaya investasi terbesar dengan nominal US$ 1,4 triliun.
Kondisi tersebut terjadi karena Indonesia masih memiliki ketergantungan tinggi pada energi fosil. Penggunaan energi baru terbarukan (EBT) Indonesia masih sangat terbatas.
"Sebagian besar kontribusi emisi berasal dari bahan bakar fosil, sekitar 55-60%. Saat ini, sektor energi Indonesia masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil, terutama dari pembangkit listrik tenaga batubara, yang mencapai 54%," ujar Shirley dalam diskusi, di Jakarta, Kamis (5/12).
Shirley mengatakan Indonesia dapat meningkatkan penggunaan EBT hingga 100% pada 2060 dengan investasi tersebut. Hal itu termasuk pengembangan teknologi penangkapan karbon atau carbon capture storage/carbon capture utilization storage (CCS/CCUS).
Sedangkan kebutuhan investasi untuk sektor transportasi menjadi yang terbesar kedua yaitu senilai US$ 795 miliar. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menekan emisi di sektor ini yaitu meningkatkan persentase masyarakat Indonesia yang menggunakan transportasi umum, dari 19% pada 2019 menjadi 60% pada 2060.
Selain itu, Indonesia juga perlu berupaya mencapai elektrifikasi penuh kendaraan roda dua dan empat pada 2060, berinvestasi dalam infrastruktur pengisian daya, pengembangan ekosistem kendaraan listrik dan menerapkan subsidi kendaraan listrik.
Investasi terbesar ketiga adalah sektor pertanian, kehutanan, dan penggunaan lahan (AFOLU) yang membutuhkan dana sebesar US$ 26 miliar. Dana tersebut digunakan untuk melakukan percepatan reboisasi per tahun sebesar tiga kali lipat capaian 2020. Selain itu, dana tersebut juga dibutuhkan untuk meningkatkan restorasi lahan gambut sebesar empat kali lipat capaian 2020 pada 2060.
Selanjutnya adalah dana untuk penanganan sampah sebesar US$ 62 miliar. Dana tersebut dibutuhkan untuk meningkatkan daur ulang sampah kota dari 1% pada 2020, menjadi 100% pada 2060. Selain itu peningkatkan pengomposan dari 10% pada 2020, menjadi 40% pada tahun 2060.
Shirley mengatakan, investasi kelima yaitu pada sektor proses industri dan produksi. Indonesia membutuhkan dana investasi sebesar US$ 33 miliar untuk melakukan peningkatan teknologi dengan mengadopsi teknologi hijau di pabrik semen dan amonia.