Food Estate di Merauke Dinilai Bisa Ciptakan Emisi Karbon 782 Juta Ton CO2
Program Food Estate di Merauke diperkirakan menciptakan tambahan emisi karbon 782,45 juta ton CO2 atau setara kerugian Rp 47,73 triliun, menurut Center of Economics and Law Studies alias Celios.
Dikutip dari Buku Pintar Pengembangan Food Estate oleh Kementerian Pertanian, food estate adalah program usaha budidaya tanaman berskala luas atau lebih dari 25 hektare, dengan konsep pertanian modern.
Konsep pertanian modern yang dimaksud menggunakan sistem industri berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, mendapatkan akses permodalan, dijalankan oleh organisasi, dan dikelola dengan manajemen modern.
Sementara emisi karbon adalah gas yang dikeluarkan dari hasil pembakaran senyawa yang mengandung karbon, seperti CO2, solar, elpiji, dan bahan bakar lainnya.
Studi terbaru Celios menunjukkan program Food Estate Merauke akan menebang pohon di lahan seluas dua juta hektare. Hal ini dapat menghasilkan tambahan emisi karbon 782,45 juta ton CO2 atau setara Rp 47,73 triliun.
Selain itu, penebangan pohon untuk program Food Estate Merauke dapat meningkatkan kontribusi Indonesia sebagai penghasil emisi karbon dari 1,96% menjadi 3,96% - 4,96%.
"Temuan ini mempertegas risiko lonjakan emisi yang berlawanan dengan komitmen Indonesia mencapai Net Zero Emission pada 2050," ujar Direktur Kebijakan Publik Celios Media Wahyudi Askar dalam keterangan tertulis, Selasa (10/12).
Hal itu berpotensi menurunkan kepercayaan atas komitmen Indonesia dalam kerangka Perjanjian Paris, yakni mencapai batas kenaikan suhu 1,5 derajat Celcius.
"Ini lonceng peringatan bahwa kebijakan pembangunan besar-besaran tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan dapat menjadi bumerang. Hal ini tidak hanya berdampak negatif terhadap masyarakat asli Papua, tetapi juga mempercepat krisis iklim global," ujar dia.
Menurut dia, pemerintah bisa mengambil posisi sebagai pengembang produk ekonomi restoratif yang memanfaatkan keanekaragaman hayati, tanpa merusak hutan.
"Pemerintah perlu mengeksplorasi solusi ekonomi yang lebih berkelanjutan berbasis komunitas yang mampu memberikan manfaat ekonomi tanpa mengorbankan hutan dan ekosistem penting di kawasan tersebut," ujar dia.
Sementara itu, Juru Kampanye Forest Watch Indonesia atau FWI Anggi Prayoga mengatakan pembangunan Food Estate di Merauke, Papua Selatan mendorong terjadinya deforestasi besar-besaran.
Dalam kurun waktu setahun terakhir saja, kerusakan hutan di Papua Selatan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 190 ribu hektare atau hampir tiga kali luas Jakarta.
"Food Estate menjadi driver of deforestation karena dibangun di atas hutan alam dan dilakukan dengan cara merusak hutan Papua," ujar Anggi. “Setidaknya lebih dari 24 komunitas adat bergantung terhadap hutan di Papua Selatan.”