Heboh Utang Kuliah Pakai Pinjol, Bagaimana Skema Student Loan di AS?

Freepik
Ilustrasi beban biaya pendidikan
Penulis: Safrezi Fitra
31/1/2024, 18.54 WIB

Isu utang kuliah melalui pinjaman online atau pinjol heboh. Akun X atau Twitter @itbfess membagikan gambar yang menunjukkan banner iklan perusahaan teknologi finansial (fintech) Danacita di kampus Institut Teknologi Bandung (ITB), yang kemudian viral karena menyarankan mahasiswa ITB yang menunggak bayar uang kuliah agar menggunakan jasa pinjol.

“Kami segenap civitas akademik ITB mengucapkan ‘SELAMAT MEMBAYAR CICILAN BESERTA BUNGANYA’,” tulis akun @itbfess, Kamis (25/1).

Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengatakan pinjol untuk pendidikan adalah alternatif pembiayaan mahasiswa. Pilihan untuk mengambil atau tidaknya tawaran pinjaman tersebut diserahkan kepada mahasiswa atau walinya. Pembiayaan alternatif ini berbeda dengan student loan yang ada di negara-negara maju.

“Namanya P2P lending, ada syarat dan kondisi yang harus dipenuhi sesuai dengan kesepakatan kedua pihak,” kata Mahendra dalam paparan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), di Jakarta, Selasa (30/1/2024).

Menanggapi fenomena pinjol untuk pembiayaan pendidikan ketidakmampuan mahasiswa membayar uang kuliah, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan saat ini Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) tengah membahas kemungkinan memberikan student loan atau pinjaman ke mahasiswa untuk berkuliah.

"Dewan pengawas LPDP sedang meminta LPDP untuk kemungkinan mengembangkan yang disebut student loan," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (30/1/2024).

Di Indonesia memang belum ada student loan atau pinjaman pendidikan seperti program pemerintah di negara-negara maju. Pinjaman pendidikan yang ada saat ini di Indonesia bukanlah program pemerintah, melainkan institusi keuangan yang masuk ke institusi pendidikan untuk memberikan pinjaman kepada mahasiswa, seperti yang dilakukan perusahaan fintech peer-to-peer (P2P) lending PT Inclusive Finance Group atau Danacita.

Danacita masuk ke puluhan perguruan tinggi dan akademi untuk menawarkan pembiayaan pendidikan. Mahasiswa yang kesulitan membayar uang kuliah atau UKT, bisa mengajukan permohonan pinjaman dana lewat perusahaan pinjol.

Skemanya, mahasiswa dapat mengajukan permohonan pembiayaan kuliah dengan melampirkan kartu identitas KTP, bukti tagihan, dan rekening koran satu bulan terakhir. Setelah disetujui, perusahaan akan membayarkan langsung biaya pendidikan ke kampus atau institusi pendidikan.

Berbeda dengan student loan di negara-negara maju yang baru dicicil setelah lulus kuliah, pembiayaan pendidikan yang ditawarkan oleh pinjol atau Fintech P2P Lending berupa cicilan di perusahaan. Lantas apa itu student loan dan bagaimana skemanya? Berikut ulasannya:

Student Loan

Mengutip situs lendedu.com, student loan pertama kali muncul di Amerika Serikat pada 1840. Saat itu kredit pendidikan ditawarkan kepada mahasiswa-mahasiswa di Universitas Harvard. Pemerintah AS secara resmi menawarkan student loan pada 1958 untuk siswa sekolah menengah yang berprestasi di bidang matematika, sains, teknik, dan bahasa asing.

Kini, di AS, utang pendidikan untuk kuliah sudah lumrah. Sekitar 70% mahasiswa di negara tersebut lulus dengan memanfaatkan student loan. Ada dua model pembiayaan pendidikan, yakni pinjaman mahasiswa bersubsidi dan pinjaman mahasiswa yang tidak disubsidi. Mahasiswa yang memenuhi syarat bisa mendapatkan pinjaman bersubsidi dari pemerintah atau Federal Student Loan.

Selain pembiayaan pinjaman dari pemerintah, student loan di AS juga ada yang berasal dari institusi swasta. Pinjaman pribadi ini biasanya memerlukan pemberi tanda tangan, seperti orang tua, yang berjanji untuk membayar pinjaman tersebut jika kamu gagal melakukan pembayaran.

Student loan diberikan oleh pemerintah negara bagian, dengan tenor pengembalian hingga 10 tahun dan cicilan dimulai setelah mahasiswa menyelesaikan pendidikannya. Cicilan yang dibayarkan menyesuaikan dengan penghasilan pengutang setelah lulus kuliah hingga lunas.

Saat ini sudah banyak negara yang menerapkan skema pinjaman tersebut, di antaranya adalah Perancis, Jerman, Selandia Baru, Inggris. Pada 2018, Presiden Jokowi pun sempat melemparkan wacana student loan di Indonesia. Dia meminta perbankan memberikan pinjaman pendidikan untuk mahasiswa.

Biaya Kuliah di AS Sangat Tinggi

Banyaknya mahasiswa yang memanfaatkan student loan tidak lepas dari biaya kuliah di AS. Pada 2021, rata-rata biaya kuliah di perguruan tinggi negeri mencapai US$10.000 (Rp158 juta) per tahun. DI perguruan tinggi swasta, biayanya hampir empat kalinya, sekitar US$37.000 (Rp584 juta) per tahun. Bahkan ada juga perguruan tinggi yang mematok biaya hingga US$70.000 (Rp1,1 miliar) per tahun.

Makanya, bagi masyarakat AS, berutang menjadi opsi yang paling banyak digunakan agar mereka bisa mengenyam pendidikan tinggi. Mereka perlu kuliah, karena ijazah dari perguruan tinggi menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan pekerjaan yang memadai, sehingga bisa menaikkan statusnya masuk ke kelompok kelas menengah.

Student Loan Berdampak ke Perekonomian AS

Skema Student loan memang cukup membantu masyarakat untuk bisa kuliah. Masalahnya, utang malah membuat banyak lulusan perguruan tinggi di AS terbebani saat mereka memasuki dunia kerja. Menurut estimasi Pemerintah AS, utang mahasiswa AS saat mereka lulus rata-rata sebesar US$25.000 atau sekitar Rp395 juta per orang.

Mereka butuh waktu bertahun-tahun membayar cicilan untuk bisa melunasi utang tersebut. Banyak mahasiswa harus bekerja paruh waktu untuk mencicil utang mereka. Banyak warga lainnya, setelah lulus dan bekerja, harus mencari pekerjaan tambahan agar bisa melunasi utang tersebut.

Pemerintah AS menyebutkan hingga kuartal III-2023, jumlah total utang pendidikan mencapai US$1,63 triliun, dari 43,4 juta pengutang. Total utang tersebut meningkat 63% dalam 10 tahun terakhir.

Saking besarnya beban pemerintah dan banyaknya pengutang yang tak mampu bayar, Presiden Donald Trump sempat menghentikan program student loan pada Maret 2020. Saat itu pandemi Covid-19 terjadi dan mengganggu perekonomian seluruh dunia, termasuk AS.

Federal Student Loan telah menimbulkan kekhawatiran hingga menjadi mainan dalam kampanye politik AS. Salah satunya, janji kampanye Presiden Joe Biden untuk meringankan beban pengutang student loan sebesar US$20.000 per orang.