Ekonomi biru, atau sering disebut sebagai ekonomi laut, merujuk pada aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya dari samudra dan laut. Menurut definisi Bank Dunia, ekonomi biru adalah praktik penggunaan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk menghasilkan manfaat ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan menjaga keseimbangan ekosistem laut.

Kegiatan yang termasuk dalam cakupan konsep ekonomi kelautan ini, meliputi berbagai sektor seperti transportasi maritim, industri perikanan dan budidaya perairan, pariwisata di pesisir, pengembangan energi terbarukan, dan desalinasi air laut.

Kegiatan terkait ekonomi biru, juga mencakup instalasi infrastruktur kabel bawah laut, eksploitasi sumber daya dasar laut dan penambangan di perairan dalam, pemanfaatan sumber daya genetik laut, serta penelitian bioteknologi yang berbasis di laut.

Konsep ini mewakili perubahan paradigma menuju pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan, menekankan kegiatan ekonomi yang mengutamakan konservasi, inovasi, dan pembangunan inklusif.

Potensi Ekonomi Biru

Ekonomi Biru (Pexels)

Dengan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan dan memanfaatkan potensi ekosistem laut, konsep ekonomi ini berupaya mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus menjaga kesehatan dan ketahanan lautan kita.

Aspek-aspek utama ekonomi biru seperti pengelolaan sumber daya, inovasi teknologi, keterlibatan masyarakat, dan kolaborasi global berada di garis depan pendekatan transformatif terhadap tata kelola kelautan dan pembangunan ekonomi.

Potensi ekonomi biru sendiri sangat luas dan beragam, yang menawarkan peluang bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, pelestarian lingkungan, dan pembangunan sosial.

Karena lautan mencakup lebih dari 70% permukaan bumi, sumber daya yang belum dimanfaatkan memegang peranan penting dalam mengatasi tantangan global yang mendesak seperti ketahanan pangan, permintaan energi, mitigasi perubahan iklim, dan pengentasan kemiskinan.

Dengan memanfaatkan kekayaan sumber daya dan ekosistem kelautan, ekonomi biru berpotensi membuka jalan baru bagi inovasi, penciptaan lapangan kerja, dan kesejahteraan. Beberapa potensi dari konsep ekonomi ini, antara lain:

1. Mendorong Diversifikasi dan Ketahanan Ekonomi

Salah satu aspek penting dari Ekonomi Biru terletak pada kemampuannya untuk mendorong diversifikasi dan ketahanan ekonomi. Sektor tradisional seperti perikanan dan perkapalan dilengkapi dengan industri baru seperti energi terbarukan kelautan, budidaya perikanan, bioteknologi, dan pariwisata.

Sektor-sektor ini tidak hanya menawarkan peluang untuk menghasilkan pendapatan, tetapi juga mempromosikan produk dan layanan yang bernilai tambah, mendorong kewirausahaan dan investasi di masyarakat pesisir.

2. Mengatasi Tantangan Ketahanan Pangan Global

Selain itu, ekonomi biru juga mempunyai potensi untuk mengatasi tantangan ketahanan pangan global. Dengan lebih dari 3 miliar orang bergantung pada makanan laut sebagai sumber protein utama, pengelolaan perikanan dan budi daya perairan yang berkelanjutan menawarkan peluang untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat sekaligus mengurangi tekanan pada stok ikan liar.

Selain itu, kemajuan dalam bioteknologi kelautan memungkinkan pengembangan sumber makanan dan obat-obatan baru, sehingga semakin memperluas cakupan industri berbasis konsep ekonomi ini.

Ekonomi Biru (Pexels)

3. Pengelolaan dan Konservasi Berbasis Ekosistem

Dari perspektif lingkungan hidup, ekonomi biru menawarkan jalan menuju pengelolaan dan konservasi berbasis ekosistem. Dengan menerapkan praktik berkelanjutan seperti perencanaan tata ruang laut, restorasi ekosistem, dan pengelolaan wilayah pesisir terpadu, kita dapat menjaga keanekaragaman hayati laut, meningkatkan ketahanan ekosistem, dan memitigasi dampak perubahan iklim.

Selain itu, investasi pada energi terbarukan kelautan, seperti tenaga angin dan gelombang lepas pantai, menghadirkan alternatif pengganti bahan bakar fosil, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan berkontribusi terhadap upaya mitigasi perubahan iklim.

4. Pembangunan Sosial dan Kesetaraan

Potensi ekonomi biru tak hanya mencakup bidang ekonomi dan lingkungan, tetapi juga mencakup pembangunan sosial dan kesetaraan. Dengan memberdayakan masyarakat pesisir, masyarakat adat, dan nelayan skala kecil melalui struktur tata kelola yang inklusif, inisiatif peningkatan kapasitas, dan pengaturan pembagian manfaat yang adil, konsep ekonomi ini dapat mendorong kohesi sosial, pelestarian budaya, dan pengentasan kemiskinan.

Selain itu, investasi di bidang pendidikan, pelatihan keterampilan, dan layanan kesehatan dapat meningkatkan sumber daya manusia dan meningkatkan penghidupan, khususnya di wilayah pesisir yang sedang berkembang.

Singkatnya, potensi ekonomi biru sangat besar, menawarkan pendekatan holistik dan berkelanjutan dalam memanfaatkan kekayaan sumber daya kelautan demi kepentingan generasi sekarang dan masa depan.

Dengan menerapkan inovasi, kolaborasi, dan pengelolaan yang bertanggung jawab, kita dapat memanfaatkan seluruh potensi laut untuk mendorong kemakmuran ekonomi, melindungi lingkungan, dan meningkatkan kesejahteraan sosial dalam skala global.

Tantangan Pengembangan Ekonomi Biru

Meskipun ekonomi biru mempunyai potensi besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, terdapat beberapa hambatan yang mungkin menghambat perkembangannya. Beberapa hambatan tersebut, antara lain:

1.  Kurangnya Kapasitas Kelembagaan

Banyak negara tidak memiliki kapasitas kelembagaan dan kerangka tata kelola yang diperlukan untuk mengelola dan mengatur kegiatan ekonomi biru secara efektif. Hal ini dapat menyebabkan masalah seperti penangkapan ikan berlebihan, perusakan habitat, polusi, dan penangkapan ikan ilegal.

2.  Terbatasnya Akses terhadap Keuangan

Akses terhadap pendanaan merupakan hambatan besar bagi banyak proyek ekonomi biru, khususnya di negara-negara berkembang. Tingginya biaya di muka untuk pembangunan infrastruktur, inovasi teknologi, dan praktik berkelanjutan dapat menghambat investasi, terutama dalam inisiatif skala kecil dan berbasis masyarakat.

Ekonomi Biru (Freepik)

3.  Tantangan Regulasi

Kerangka peraturan yang rumit dan terfragmentasi dapat menciptakan hambatan masuk bagi bisnis ekonomi biru dan menghambat inovasi dan investasi. Menyederhanakan peraturan dan memastikan kejelasan dan konsistensi dalam proses perizinan sangat penting untuk mendorong pertumbuhan di sektor maritim.

4.  Kesenjangan Data dan Kesenjangan Pengetahuan

Data dan informasi yang tidak memadai tentang sumber daya laut, ekosistem, dan dinamika sosial-ekonomi dapat menghambat pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan ekonomi biru. Mengatasi kesenjangan data dan berinvestasi dalam penelitian dan pemantauan ilmiah sangat penting untuk menginformasikan praktik pengelolaan berkelanjutan.

5.  Risiko dan Ketidakpastian Lingkungan Hidup

Kegiatan ekonomi biru rentan terhadap risiko lingkungan seperti perubahan iklim, pengasaman laut, bencana alam, dan spesies invasif. Risiko-risiko ini dapat mengganggu operasi, merusak infrastruktur, dan melemahkan kelangsungan hidup jangka panjang, sehingga memerlukan adaptasi proaktif dan strategi manajemen risiko.

6.  Pertimbangan Sosial dan Budaya

Proyek ekonomi biru dapat mempunyai dampak sosial dan budaya yang signifikan terhadap masyarakat pesisir, masyarakat adat, dan nelayan tradisional. Memastikan partisipasi yang berarti, konsultasi, dan pembagian manfaat dengan pemangku kepentingan lokal sangat penting untuk mendorong keadilan sosial dan meminimalkan konflik.

7.  Akses Pasar dan Hambatan Perdagangan

Terbatasnya akses pasar, hambatan perdagangan, dan persaingan tidak sehat dapat menghambat pertumbuhan sektor ekonomi biru, khususnya di pasar global. Mengatasi hambatan perdagangan, mendorong transparansi pasar, dan mendukung produk bernilai tambah dapat meningkatkan daya saing dan peluang pasar.

8.  Kesenjangan Teknologi dan Keterampilan

Penerapan teknologi dan praktik baru sangat penting bagi pembangunan ekonomi biru yang berkelanjutan. Namun kesenjangan teknologi dan keterampilan, khususnya di negara-negara berkembang, dapat menghambat inovasi dan menghambat penerapan praktik terbaik dari konsep ekonomi ini.

Cara Mengatasi Hambatan Pengembangan Ekonomi Biru

Mengatasi hambatan terhadap pengembangan ekonomi biru memerlukan pendekatan multifaset, yang melibatkan pemangku kepentingan di berbagai tingkatan. Berikut beberapa strategi untuk mengatasi hambatan tersebut, dilansir dari berbagai sumber.

1. Penguatan Kapasitas Tata Kelola dan Kelembagaan

Pemerintah harus memprioritaskan pengembangan dan penerapan kerangka tata kelola kelautan komprehensif yang mendorong praktik pengelolaan berkelanjutan.

Hal ini mencakup penyederhanaan proses peraturan, peningkatan mekanisme penegakan hukum, dan investasi dalam peningkatan kapasitas lembaga-lembaga terkait guna memastikan pengawasan yang efektif terhadap kegiatan ekonomi biru.

2. Memfasilitasi Akses terhadap Pembiayaan

Pemerintah, lembaga pembangunan, dan lembaga keuangan harus berkolaborasi untuk menyediakan mekanisme pembiayaan yang dapat diakses dan disesuaikan dengan kebutuhan proyek ekonomi biru.

Hal ini dapat melibatkan pembentukan program pendanaan khusus, pemberian hibah atau pinjaman berbunga rendah, dan memfasilitasi kemitraan pemerintah-swasta untuk menarik investasi dalam usaha kelautan berkelanjutan.

Ekonomi BIru (Freepik)

3. Mendorong Koherensi dan Koordinasi Kebijakan

Pemerintah harus berupaya menyelaraskan kebijakan dan peraturan lintas sektor untuk mengurangi kompleksitas dan ketidakpastian bagi para pemangku kepentingan ekonomi biru.

Ini mencakup pengembangan koordinasi antarlembaga, peningkatan keterlibatan pemangku kepentingan dalam proses pengembangan kebijakan, dan penyelarasan strategi nasional dengan komitmen internasional seperti Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB dan Perjanjian Paris.

4. Meningkatkan Pengumpulan Data dan Berbagi Pengetahuan

Pemerintah, lembaga penelitian, dan sektor swasta harus berkolaborasi untuk meningkatkan pengumpulan data, pemantauan, dan penelitian mengenai sumber daya dan ekosistem laut.

Ini mencakup investasi dalam penelitian ilmiah, pemanfaatan teknologi baru seperti penginderaan jarak jauh dan citra satelit, serta mendorong platform data terbuka untuk memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan pengambilan keputusan berbasis bukti.

5. Mendorong Inovasi dan Transfer Teknologi

Pemerintah harus memberikan insentif terhadap inovasi dan pengembangan teknologi di sektor ekonomi biru dengan memberikan dukungan untuk penelitian dan pengembangan, membina kolaborasi antara akademisi dan industri, serta memfasilitasi transfer dan adopsi teknologi.

Hal ini mencakup investasi pada infrastruktur seperti fasilitas penelitian dan inkubator, mendukung proyek percontohan, dan memberikan insentif peraturan untuk penerapan teknologi inovatif.

6. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Keterlibatan Pemangku Kepentingan

Pemerintah harus memprioritaskan pemberdayaan masyarakat pesisir, masyarakat adat, dan pemangku kepentingan lainnya dalam proses pengambilan keputusan terkait pengembangan ekonomi biru.

Ini mencakup memastikan partisipasi yang bermakna, konsultasi, dan pembagian manfaat, menghormati pengetahuan dan praktik tradisional, serta mendorong kesetaraan sosial dan inklusivitas dalam inisiatif pembangunan.

Ekonomi Biru (Freepik)

7. Mengatasi Akses Pasar dan Hambatan Perdagangan

Pemerintah harus mengadvokasi praktik perdagangan yang adil dan mengatasi hambatan akses pasar yang menghambat pertumbuhan sektor Ekonomi Biru, khususnya di negara-negara berkembang.

Ini termasuk menegosiasikan perjanjian perdagangan yang mendukung pengelolaan perikanan dan budidaya perikanan berkelanjutan, mempromosikan transparansi pasar dan skema sertifikasi makanan laut berkelanjutan, dan memberikan dukungan untuk produk bernilai tambah dan diversifikasi pasar.

8. Membangun Ketahanan terhadap Risiko Lingkungan dan Perubahan Iklim

Pemerintah harus memprioritaskan langkah-langkah untuk meningkatkan ketahanan terhadap risiko lingkungan dan dampak perubahan iklim yang mengancam kegiatan Ekonomi Biru.

Ini mencakup investasi dalam adaptasi iklim dan langkah-langkah pengurangan risiko bencana, seperti infrastruktur perlindungan pantai dan sistem peringatan dini, serta mengintegrasikan pertimbangan iklim ke dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan ekonomi biru.

Dengan menerapkan strategi-strategi ini secara terkoordinasi dan kolaboratif, pemerintah, dunia usaha, organisasi masyarakat sipil, dan lembaga-lembaga internasional dapat bekerja sama untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pengembangan ekonomi biru. Ini pada akhirnya akan membuka seluruh potensi lautan untuk pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, pelestarian lingkungan, dan pembangunan sosial.