PT Bumi Resources Minerals Tbk bakal melakukan Penawaran Umum Terbatas II (PUT 2) alias right issue bulan ini. Harapannya, perusahaan tambang emas berkode emiten BRMS tersebut mampu mengantongi modal tambahan sebanyak Rp 1,6 triliun dari aksi korporasi ini.
Anggota Grup Bakrie itu akan menerbitkan 23,67 miliar lembar saham dengan harga pelaksanaan Rp 70 per saham. Director & Investor Relations BRMS Herwin Hidayat mengatakan, rencana tersebut sudah disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam bentuk prospektus.
Estimasinya, periode pelaksanaan right issue berlangsung pada 19-27 Oktober 2021, tergantung pada pernyataan efektif dari otoritas. Sedangkan untuk pelaksanaan waran antara 20 April dan 20 Mei 2022. “Dua pembeli siaga telah bersedia membeli saham-saham baru pada transaksi PUT 2,” kata Herwin dalam keterangan resminya kepada Katadata.co.id, beberapa waktu lalu.
Kedua standby buyer untuk aksi korporasi BRMS kali ini yaitu Summer Ace Ventures Limited yang bersedia membeli sebanyak-banyaknya 17,91 miliar lembar saham atau sekitar 76 % dari total yang diterbitkan. Selanjutnya, ada Hartman International Pte.Ltd yang bersedia mengambil 24 % saham baru atau sekitar 5,75 miliar lembar saham.
Manajemen merinci penggunaan dana hasil right issue terbesar yakni US$ 29 juta -setara Rp 411,8 miliar (kurs Rp 14.200)- akan digunakan untuk membangun satu pabrik pengolahan biji emas dengan kapasitas 2.000 ton bijih per hari. Sekitar US$ 24 juta atau Rp 340,8 miliar diperuntukan bagi aktivitas pengeboran beberapa prospek emas untuk menambah 10 juta ton cadangan bijih emas di lokasi tambang Motomboto, Gorontalo.
Dana hasil PUT2 juga akan digunakan untuk membangun infrastruktur jalan tambang (hauling road) sepanjang 30 kilometer dengan lebar 12 meter, serta fasilitas jembatan sepanjang 75 meter dari Pelabuhan Tombulilato ke lokasi tambang. Estimasinya, dana right issue yang digunakan mencapai US$ 24 juta.
Selanjutnya, sebanyak US$ 21 juta atau Rp 298,2 miliar akan digunakan untuk membangun fasilitas pendukung tambang seperti waste dump (area dumping), sediment pond (kolam pengendapan), power supply (pasokan listrik), fuel warehouse (gudang bahan bakar), nursery facility (fasilitas kesehatan), explosive magazine dan lainnya.
BRMS juga berencana memanfaatkan US$ 10 juta atau setara Rp 142 miliar dana hasil right issue untuk membangun fasilitas pengolahan limbah atau tailing management facility. Itu termasuk fasilitas pengeringan limbah bijih, tailing dam, dan detoxification plant. Sedangkan US$ 3 juta atau sekitar Rp 42,6 miliar untuk membeli alat-alat berat, perlengkapan, dan peralatan tambang.
“Bila ada sisa, dana hasil PUT2 digunakan untuk mendanai kebutuhan modal kerja perusahaan dan atau anak-anak usahanya,” ujar Herwin.
Kilau Tambang Bumi Resources Minerals
Sepanjang Januari-Juni 2021, kinerja tambang emas Grup Bakrie cukup berkilau. Perusahaan dengan kode saham BRMS tersebut membukukan laba bersih naik 280,31 % year on year (yoy) menjadi US$ 3,63 juta. Capaian tersebut lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yakni US$ 955,4 ribu.
Lonjakan tersebut sejalan dengan melesatnya pendapatan BRMS yang mencapai US$ 6,12 juta pada, atau naik 140% per Juni 2021, dibandingkan periode tahun lalu yakni US$ 2,55 juta.
Sebanyak 60% pendapatan Bumi Resources Minerals tahun ini berasal dari penjualan produk emas ke PT Aneka Tambang (Antam) dan PT Bhumi Satu Inti. Sisanya, alias 40 % penjualan berasal dari pendapatan jasa penasihat pertambangan terhadap Bellridge Holdings Limited.
Kondisi keuangan Bumi Resources Minerals tahun ini sangat berbanding terbalik dengan keadaan beberapa tahun sebelumnya. BRMS sempat mencatatkan kerugian selama tiga tahun berturut-turut berdasarkan laporan keuangannya lima tahun terakhir.
Pada 2016, BRMS membukukan kerugian imbas dari nilai aset yang menurun. Hal itu dikarenakan kinerja keuangan pada sejumlah pos di 2015 kosong dan menyebabkan pendapatan di 2016 tidak mampu menutupi kerugian tersebut.
Kemudian, pada 2017 tingkat kerugian Bumi Resources Minerals tercatat mereda, meskipun sejumlah pos beban masih membengkak dan mengakibatkan rugi usaha. Pada 2018, kerugian perseroan menurun seiring dengan pendapatan yang juga menurun.
Meski begitu, perseroan mulai membenahi kinerja perusahaannya di 2019 dan berhasil menorehkan kinerja positif pada 2020. Meski ditimpa kesulitan di tengah pandemi, BRMS berhasil membukukan pendapatan dan laba bersih yang meningkat tahun ini.
Bumi Resources Mineral dan Grup Bakrie
BRMS merupakan perusahaan yang bergerak di sektor tambang dan fokus pada sumber daya mineral seperti batu bara, emas, seng, timah, dan logam lainnya. Lokasi penambangannya berada di Indonesia dan wilayah Afrika Barat.
Perusahaan tambang yang berdiri pada 6 Agustus 2003 tersebut, dulunya dikenal sebagai PT Panorama Timur Abadi. Panorama Timur Abadi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan dan penyedia pelumas bagi industri pertambangan.
Pada pertengahan 2009, kelola Panorama Timur Abadi diambil alih oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang kini menjadi induk usaha PT Bumi Resources Minerals. Sejak saat itu pula BRMS masuk dalam bagian gurita bisnis Grup Bakrie. Kantor pusat BRMS kemudian dipindahkan ke Gedung Bakrie Tower, Kuningan, Jakarta.
Meskipun begitu, melansir RTI hingga September 2021 kepemilikan BUMI pada saham perusahaan tambang emas ini tinggal 6,68 %. Kepemilikan saham terbesar justru ada di publik, yakni 37,62 %, disusul Wexler Capital Pte.Ltd sebanyak 15,74 % dan 1st Financial Company Limited 15,17 %.
Per 30 Juni 2021, struktur pemegang saham BRMS memang kedatangan penghuni baru. Emirates Tarian Global Ventures SPC mulai masuk sebagai pemegang saham BRMS pada kuartal II-2021 dan menguasai 12,33 %. Emirates Tarian Global merupakan special purpose vehicle (SPV) yang beralamat di kepulauan Cayman.
Sebelumnya, sempat beredar rumor kalau Grup Salim telah menandatangani non disclosure agreement (NDA) untuk mengoperasikan tambang emas milik BRMS. Rumor tersebut semakin kuat setelah muncul transaksi 6,31 juta saham BRMS di harga Rp 62 per saham pada pertengahan Desember 2020. Jumlah setara Rp 391,2 miliar tersebut ditransaksikan PT Net Sekuritas yang merupakan broker saham terafiliasi dengan Grup Salim.
BRMS memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melakukan penawaran umum saham perdana alias initial public offering pada 26 November 2010. Sebanyak 3,3 miliar saham perusahaan ditebar ke publik dengan harga Rp 635 per saham.
Saat ini, Bumi Resources Minerals juga menaungi beberapa anak perusahaan seperti Bumi Resources Japan Company Limited, PT International Minerals Company LLC, Calipso Investment Pte. Ltd., PT Citra Palu Minerals, PT Multi Capital, Sahara Resources Pte, Ltd., dan Lemington Investment Pte. Ltd.
Melansir RTI, pada perdagangan akhir pekan (8/10) saham BRMS ditutup koreksi 3,16 % ke level harga Rp 92 per lembar saham. Sedangkan secara year to date alias sepanjang 2021, saham tambang emas ini sudah naik 15,25%. Bahkan dalam lima tahun terakhir, saham emiten Grup Bakrie ini sudah naik 67,65%.
Penyumbang bahan: Nada Naurah (Magang)