Kabar duka datang dari industri perbankan Tanah Air, Direktur Utama Bank Maspion Indonesia (BMAS), Herman Halim meninggal pada Kamis (11/8) di Singapura. Kabar tersebut disampaikan Bank Maspion dalam keterbukan informasi di laman Bursa Efek Indonesia pada Senin (15/8).
“Bersama ini, kami sampaikan bahwa Bapak Herman Halim yang menjabat sebagai Direktur Utama Perseroan sejak 1991, telah meninggal dunia pada Kamis 11 Agustus 2022,” kata Direktur Bank Maspion, dalam keterbukaan informasi.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Katadata.co.id, Herman mendadak sakit saat berada di Singapura. Melalui pesan singkat, Keluarga Halim menyatakan bahwa teman dan kerabat akan datang ke Singapura, untuk memberikan penghormatan terakhir serta menyampaikan belasungkawa pada 12-15 Agustus 2022. Adapun untuk pelaksanaan pemakaman berlangsung di Singapura pada Senin (15/8) sore.
“Dengan sangat sedih, saya berbagi kabar bahwa ayah saya yang terhormat baru saja meninggal dunia tadi siang (11/8), di Singapura,” menurut pesan singkat dari Keluarga Halim.
Sebelum menjadi Direktur Utama Bank Maspion, Herman sempat bekerja di Maspion Group sebagai Kepala Pembukuan. Ketika Bank Maspion didirikan, beliau dipercaya untuk menjadi Presiden Direktur bank yang identik dengan logo berwarna merah tersebut.
Hubungan dengan Alim Markus
Herman Halim merupakan warga negara Indonesia, yang kembali ditunjuk sebagai Direktur Utama Bank Maspion sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham Terbuka (RUPST) pada 25 Agustus 2020. Di mana, Herman telah menjabat sebagai Direktur Utama sejak tahun 1991.
Kontribusi kinerja Herman Halim di Maspion Group sudah lebih dari empat dekade. Berbagai jenjang profesi pernah dia rasakan, mulai dari posisi Asisten Direktur Finance / Accounting Maspion Group periode 1977 hingga 1989. Habiskan waktu 12 tahun, Herman sempat pindah ke PT Paramitra Artha Pertiwi pada 1988-1990 dan menjabat sebagai Direktur Trading / Operation.
Jabatan lain yang pernah dipegang Herman Halim, yakni sebagai Direktur Utama PT Maspion Securities Trading pada periode 1990 – 1991, sampai kemudian dirinya ditunjuk menjadi Bos Bank Maspion. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mencapai posisi atas, Herman sudah melalui berbagai proses dan tahapan. Dia juga sempat memperoleh Master of Business Administration dari Indonesian European University (IEU) pada 1991.
Di sisi lain, hubungan Herman Halim kerap dikaitkan dengan konglomerat sekaligus Bos Maspion Group, Alim Markus. Bahkan, tak jarang yang mengira bahwa Herman merupakan anak dari konglomerat, yang faktanya adalah bukan. Status tersebut juga ditegaskan dalam laporan keuangan 2021 Bank Maspion, kalau Bos Bank Maspion tersebut tidak memiliki afiliasi atau hubungan keluarga dengan dewan komisaris, direksi, hingga pemegang saham pengendali.
Melansir lama RTI Business, per akhir Juli 2022, saham Bank Maspion sebagian besar dikuasai PT Alim Investindo, sebanyak 62 % atau setara 2,75 miliar lembar saham. Sedangkan 12,5 % dimiliki PT Maspion. Baik perusahaan Alim Investindo dan Maspion, keduanya berada di bawah kendali konglomerat Alim Markus.
Dimakamkan Secara Islam
Pria kelahiran 14 Agustus 1963 tersebut tumbuh dan besar di keluarga berdarah Tionghoa. Herman Halim diketahui mulai menjadi mualaf sejak 2004. Sejak memeluk Islam, Herman dikenang sebagai sosok yang disiplin dan aktif dalam organisasi muslim.
Pada hari pemakaman Herman Halim di Singapura, Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia (YHMCHI) juga menggelar penghormatan terakhir kepada almarhum, dengan doa bersama di halaman Masjid Cheng Hoo Surabaya, Senin (15/8). Melansir laman Chenghoo.co, acara tersebut dihadiri setidaknya 250 undangan, mulai dari ulama, pengusaha, bankir, paguyuban, utusan dari sejumlah organisasi hingga Alim Markus.
“Saya sangat sedih sekali. Rekan ini meninggalkan kita begitu cepatnya. Saya kehilangan pimpinan Bank Maspion yang sangat tangguh. Apabila ada kesalahan almarhum, baik sengaja maupun tidak sengaja mohon dimaafkan,” kata Alim Markus.
Prosesi pemakaman Herman Halim juga disiarkan langsung lewat channel Youtube. Prosesi tersebut diakhiri dengan pesan dan kesan dari keluarga terdekat, kerabat, hingga perwakilan dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI).
Salah satunya, Lucy adik ketiga Herman. Dia mengenang sosok kakaknya sebagai orang yang tidak banyak bicara, baik dalam mendengarkan dan selalu memberikan solusi. "Dia mau mendengarkan, dia tidak pernah menjelekkan orang dan sangat membantu keluarga kita, dia idola saya," ujarnya.