Perkembangan metaverse alias dunia digital telah merambah ke berbagai sektor bisnis, mulai dari bank, stasiun televisi, e-commerce, bahkan usaha kecil dan menengah atau UMKM. Salah satu perusahaan yang mengembangkan teknologi ini adalah WIR Asia Tbk atau dikenal sebagai WIR Group.
WIR yang merupakan singkatan dari We Indonesians Rock, Rise, and Rule ini sudah berdiri lebih dari 10 tahun. Dengan pengalaman tersebut, WIR Group juga sedang mengembangkan purwarupa metaverse Indonesia pada November 2022, bertepatan dengan gelaran Presidensi G20 Indonesia.
Melansir keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI), awal September 2022 WIR Group bersama Salim Group resmi menjalin kerja sama membentuk perusahaan patungan atau joint venture (JV), dengan nama PT Metaverse Indonesia Makmur. Nantinya, perusahaan baru tersebut akan menciptakan platform Nusameta.
Nusameta kemudian akan disebut sebagai “Indonesia versi digital”, itu adalah ekosistem yang terdiri dari platform dan integrasi online to offline (O2O), yang memungkinkan seluruh pengguna berinteraksi antara dunia nyata dan digital.
Sejarah Singkat WIR Group
Cikal bakal perusahaan ini adalah PT Wirya Inovasi yang berdiri sejak 2009, sebagai perusahaan yang didirikan pemegang saham sekaligus pendiri WIR Group. Awalnya, kegiatan usahanya terdiri dari pengembangan teknologi realitas digital seperti augmented reality alias AR, virtual reality alias AR, dan artificial intelligence atau AI melalui unit AR&Co. Selain itu, perusahaan juga menawarkan konsultasi branding melalui unit usaha bernama DMID.
Berselang dua tahun, tepat pada 15 Agustus 2011, Wirya Inovasi mengalihkan bisnisnya kepada WIR Asia seperti yang dikenal hingga sekarang. Pada 2015, WIR memperlebar sayap usaha ke layanan iklan berbasis AR melalui platform DAV yang dikelola salah satu anak perusahaan, Vatar Media Raya (VMR). Inovasi ini berlanjut pada 2019 ketika WIR meluncurkan Minar, sebuah platform yang dikelola perusahaan anak tidak langsung, Mata Nilai Republik (MNR).
Dengan teknologi tersebut, perusahaan berhasil mengelola lebih dari 1000 proyek di bidang edukasi, penerbitan, hingga game yang tersebar di lebih dari 20 negara. Selain itu, WIR Group juga memiliki lima paten global yang terdaftar secara nasional atau pada Patent Cooperation Treaty (PCT) untuk teknologi AR.
Setelah lebih dari satu dekade berkarya, perusahaan ini melantai di Bursa Efek Indonesia pada 4 April tahun ini. Harga IPO ditetapkan Rp 168 per lembarnya, namun nilainya melesat hampir 35 % pada hari yang sama ke level Rp 226. Bahkan, harga saham emiten dengan kode WIRG tersebut sempat menyentuh level auto reject atas atau ARA.
Ekosistem Teknologi Terintegrasi
Berdasarkan prospektus perusahaan, WIR Group memiliki tiga anak perusahaan berdasarkan penyertaan langsung. Pertama adalah Are Teknologi Kreasi (ATK) yang berdiri sejak 2015, namun membawahi AR&Co yang telah beroperasi sejak 2009. Sebagai salah satu unit usaha pertama, AR&Co berhasil membawa WIR Group sebagai perusahaan pionir yang mengenalkan teknologi Augmented Reality alias AR di kawasan Asia Tenggara.
AR&Co juga berperan sebagai pusat riset dan pengembangan dari WIR Group. Unit usaha lain pun bisa menggunakan teknologi hasil riset AR&Co untuk kemudian digunakan di berbagai segmen usaha.
Melalui ATK, WIR Group memiliki anak perusahaan bernama Mata Nilai Republik (MNR) yang berdiri sejak 2019 dan mengembangkan platform Minar. Perbedaannya dengan teknologi AR yang dikembangkan oleh ATK sebelumnya adalah penambahan teknologi geo location-based platform. Melalui teknologi ini, dunia nyata dan dunia maya di gim dapat digabungkan, sehingga pemain gim dapat berinteraksi secara nyata.
Kedua adalah Tiga Akar Mimpi (TAM) yang berdiri sejak 2014, namun mulai beroperasi pada 2016. Perusahaan ini menyediakan jaringan toko ritel virtual bernama Mindstores. Dengan jaringan tersebut, perusahaan bisa memperluas cakupan ke daerah yang belum terjangkau ritel luring.
Dalam laporan tahunan perusahaan, disebutkan Mindstores menerapkan sistem bagi hasil atas penjualan sesuai kontrak dengan ritel. Pengembangan, penyediaan, dan perawatan aplikasi toko ritel virtual ditanggung sepenuhnya oleh Mindstores.
Di sisi lain, penyimpanan distribusi, hingga pilihan produk dan jasa yang dipasarkan ditanggung oleh mitra ritel. Sepanjang 2021, 84 % pendapatan Mindstores berasal dari pembayaran digital seperti pengisian uang elektronik, kupon game, hingga pembayaran asuransi dan tagihan listrik.
TAM juga memiliki empat perusahaan anak, yaitu Jendela Pulsa Indonesia (JPI), Awadah Akar Mimpi (AAM), Boga Akar Mimpi (BAM), Horeca Akar Mimpi (HAM). JPI bergerak di perdagangan besar, eceran, reparas, dan perawatan mobil serta sepeda motor sejak 2016. Namun dalam laporan tahunan disebutkan pada 2019 perusahaan ini bergerak pada bidang perdagangan dan pengadaan listrik.
Sejatinya, perusahaan ini mengembangkan platform digital penjualan produk dan pembayaran berbasis server bernama MILI yang diluncurkan pada 2018. Sementara itu, bila ditilik dari prospektus perusahaan, anak perusahaan lain seperti AAM, BAM, dan HAM masih belum beroperasi.
Ketiga adalah Vatar Media Raya, perusahaan yang sudah berdiri sejak 2014 dan mengembangkan platform DAV. Unit bisnis ini menawarkan jasa iklan melalui DAV devices yang dilengkapi fitur interaktif sehingga konsumen bisa berinteraksi dengan produk iklan yang ditawarkan. Vatar Media Raya memiliki dua anak perusahaan, yakni Vatar Media Teknologi dan Awadah Media Raya yang masih belum beroperasi.
Kinerja Perusahaan Melesat
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, hingga kuartal kedua 2022, WIR Group berhasil membukukan pendapatan senilai Rp 650,7 miliar, meningkat dua kali lipat atau 52,9 % dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Kinerja positif WIR Group, 77,7 % berasal dari penjualan barang via platform yakni Rp 505,9 miliar dari keseluruhan pendapatan perusahaan. Sumber pendapatan lainnya berasal dari promosi dan iklan via platform serta pengembangan aplikasi perangkat lunak, dengan nilai pendapatan Rp 50,4 miliar atau setara 7,7 %. Perusahaan juga memperoleh pendapatan dari konsultasi merek dan IT, serta komisi transaksi via platform.
Dengan jumlah pendapatan tersebut, perusahaan mendulang laba sebanyak Rp 24,1 miliar per Juni 2022. Laba perusahaan pun meningkat 45,1 % dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni Rp 16,6 miliar.
Dari sisi pergerakan saham, emiten dengan kode WIRG itu cenderung berada dalam tren penurunan. Melansir RTI Business, pada perdagangan Rabu (21/9) harga sahamnya ditutup moderat pada level Rp 515 per saham dari hari sebelumnya.
Baru melantai di BEI April 2022, dalam tiga bulan terakhir saham WIR Group mencatatkan penurunan 23,1 %. Adapun, kapitalisasi pasar perusahaan teknologi per Rabu (21/9) berada di kisaran Rp 6,14 triliun, di mana kepemilikan terbanyak dikuasai Laut Biru Teknologi yakni 28,25 %, sedangkan 23,2 % dimiliki publik.