PT Bank Panin Tbk. (PNBN) mengumumkan pengunduran diri Ng Kean Yik dari kursi direksi Perseroan. Surat pengunduran diri Ng Kean Yik telah diajukan sejak 14 Juni 2023 lalu.
"Bersama ini kami melaporkan bahwa Perseroan telah menerima surat pengunduran diri Bapak Ng Kean Yik," tulis manajemen, Senin (19/6).
Pengunduran diri tersebut rencananya akan dibahas pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan yang akan diadakan pada hari Kamis tanggal 22 Juni 2023. Ng Kean Yik menjadi salah satu direktur Bank Panin selama lebih dari satu dekade.
Sebelum menjabat direksi Bank Panin, jajaran manajemen PNBN berdarah Malaysia tersebut telah lebih dulu ikut membangun Bank Panin lewat jabatan sebagai Group Manager Retail Banking Panin Bank pada periode 2007 hingga 2008.
Mundur ke belakang pada periode 2006-2007 ia mengemban amanah sebagai Consumer Banking Head Panin Bank. Jauh sebelum berkarier di Bank Panin, Ng Kean Yik sempat juga berkiprah di luar negeri.
Lulusan Master of Business Administration (MBA) dari University of Melbourne ini menjadi Head Portfolio Management, Executive Group Strategy, Chief Auditor, hingga Head Busines Systems di ANZ Bank di Melbourne, Australia dan London pada tahun 1985 hingga 2000.
Sejarah Bank Panin
PT Bank Pan Indonesia Tbk. atau yang lebih dikenal Bank Panin didirikan tahun 1971 yang merupakan penggabungan usaha Bank Kemakmuran, Bank Industri Djaja, serta Bank Industri dan Dagang Indonesia.
Sejalan dengan bisnisnya Bank Panin meningkatkan pengembangan usaha. Bank Panin bekerja sama dengan institusi keuangan internasional Dai-Ichi Kangyo Bank, Jepang, bersama Credit Lyonnais Perancis, Westpac Banking Corporation Australia yang kemudian diambil alih oleh ANZ Banking Group.
Pada tanggal 28 Oktober 1982, Bank Panin melantai di bursa saham. Saham perdana di Bursa Efek Indonesia dijual sebanyak 1,64 juta lembar saham dengan kode PNBN. Pada tahun 2018 bank tersebut memiliki 57 kantor cabang di Indonesia dan satu Kantor Perwakilan di Singapura.
Pada tanggal 11 Maret 2019, Bank Panin resmi ditetapkan menjadi kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 4.
Bank Indonesia mengelompokkan bank konvensional menjadi empat kelas berdasarkan modal inti, yang dikenal dengan istilah Bank Umum Kegiatan Usaha atau BUKU. Keempat kelas tersebut terdiri dari BUKU 1, 2, 3, dan 4.
Bank BUKU 4 merupakan tingkatan paling tinggi di seluruh kategori BUKU Bank. Sedangkan Bank BUKU 1 merupakan tingkatan paling rendah. Bank BUKU 4 memiliki modal inti lebih dari Rp30 triliun.
Bank Umum Kegiatan Usaha 4 mampu melakukan semua kegiatan produk ataupun kegiatan Bank BUKU 1,2, dan 3, bahkan dengan jangkauan yang lebih luas. Bank BUKU 4 juga mampu melakukan penyertaan sebanyak 35% pada lembaga keuangan di dalam dan luar negeri dengan cakupan wilayah internasional.