Paguyuban pengusaha Pertamina Shop (Pertashop) menuntut izin penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite atau RON 90 dengan harga non-subsidi. Tak seperti janji bisnis PT Pertamina yang manis, Pertashop lebih banyak merugi dan gulung tikar.
Pelaku usaha Pertashop mengeluh kinerja bisnis mereka menurun beberapa waktu terakhir. Hal ini merupakan imbas maraknya penjual Pertalite eceran, sekaligus disparitas harga jual Pertamax dan Pertalite yang mencapai Rp 2.500 - Rp 2.800 per liter.
Mereka menilai besaran investasi pembangunan Pertashop sebanyak Rp570 juta tak sebanding dengan pendapatan bersih rata-rata pelaku usaha senilai Rp1,2 juta per bulan. Sebanyak 201 dari 518 pelaku usaha Pertashop yang terhimpun di Himpunan Pertashop Merah Putih Indonesia (HPMPI) merugi, semantara 66 pelaku usaha gulung tikar.
Anggota HPMI rata-rata menjual 200 liter Pertamax per hari atau 6.000 liter bulan. Dengan harga jual Rp12.400 per liter, pelaku usaha dapat memperoleh laba kotor Rp5,1 juta dari hasil margin perjualan Pertamax senilai Rp850 per liter.
Dari omzet Rp5,1 juta tersebut, pelaku usaha hanya menerima laba sejumlah Rp1,2 juta per bulan setelah terpotong biaya operasional bulanan seperti upah operator, pajak reklame, sewa tempat, hingga biaya listrik dan air.
Walhasil mereka meminta izin menjual BBM jenis Pertalite atau RON 90 dengan harga non-subsidi. Para pengusaha juga ingin agar Pertashop dapat menjadi pangkalan untuk menjual gas elpiji tiga kilogram.
Namun PT Pertamina tak merespon positif usulan tersebut dengan alasan belum bisa mengakomodir penjualan elpiji dan BBM bersubsidi di Pertashop.
Jejak Kemunculan Pertashop
Pada tahun 2018 Pertamina meluncurkan Pertashop sebagai upaya mendorong pemerataan akses energi, terutama di daerah yang jauh dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Pertashop merupakan lembaga penyalur Pertamina berskala kecil yang disiapkan untuk melayani kebutuhan BBM Non subsidi, Elpiji Non Subsidi, Pelumas, dan produk pertamina ritel lain yang belum terlayani lembaga penyalur Pertamina.
Pertashop menyediakan produk BBM ramah lingkungan seperti Pertamax Series dengan harga sama dengan SPBU Reguler. Pertashop menawarkan akses yang lebih mudah bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar tanpa harus ke SPBU.
Secara sederhana, Pertashop merupakan lembaga penyalur dari Pertamina untuk konsumen yang selama ini belum terlayani SPBU.
Pertashop berbeda dengan Pertamini, stasiun pengisian BBM yang selama ini dekat dengan masyarakat. Pertamini merupakan pengecer tidak resmi, ilegal, dan tidak memiliki izin. Alat-alat milik Pertamini juga berada di bawah standar sehingga rawan terjadi kebakaran. SEmentara dari segi isi, BBM Pertamini tidak sesuai takaran dan tidak sesuai harga jual eceran yang ditetapkan pemerintah.
Dalam laman resmi mereka Pertashop menjanjikan dapat menekan disparitas harga energi di suatu daerah, sehingga ongkos distribusi terjangkau dan harga bahan pokok serta kebutuhan lainnya menjadi semakin murah.
Kemitraan Pertashop awalnya menggandeng Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk menggerakkan desa ekonomi dari desa berprestasi dan desa tertinggal. Setelah dinilai berhasil, pada tahun 2020 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa) serta Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) ikut bekerjasama dalam program ini.
Karena peminat Pertashop semakin banyak, Pertamina membuka kemitraan umum kepada masyarakat luas untuk memiliki Pertashop. Himpunan Bank Negara (Himbara) seperti BRI, Mandiri, BNI juga telah bekerjasama membangun Pertashop untuk memperluas akses terhadap energi.
Skema bisnis Pertashop terbagi menjadi dua. Pertama, dengan biaya investasi dan biaya operasi ditangguung mitra, kedua biaya investasi ditanggung oleh PT. Pertamina dan biaya operasi mitra. Bila biaya investasi dan operasi ditanggung mitra, diperkirakan perlu biaya sekitar Rp250 juta. Sementara jika investasi ditanggung Pertamina maka biaya sekitar Rp80 juta.
Dengan kapasitas tangki penyimpanan 3 KL upper ground, diperkirakan omzet mencapai 400 liter per hari. Dari tahun 2020 hingga Juni 2021, sudah ada sebanyak 1609 Pertashop dibangun. Hingga tahun 2024 nanti, PT Pertamina menargetkan membangun 40.000 Pertashop.