Wall Street Diramal Makin Anjlok, AS Kebut UU Bantuan Tunai bagi Warga

ANTARA FOTO/REUTERS/Brendan McDermid/ama/cf
Ilustrasi, layar yang menampilkan harga saham di atas lantai bursa New York Stock Exchange (NYSE) terlihat setelah penutupan perdagangan di New York, Amerika Serikat, Kamis (12/3/2020).
Penulis: Desy Setyowati
23/3/2020, 07.27 WIB

Analis dan manajer investasi memperkirakan bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street makin tertekan pekan ini. Karena itu, pasar butuh sentimen positif. Salah satunya, percepatan pembahasan Rancangan Undang-undang (RUU) bantuan ekonomi terkait virus corona.

Deputy Chief Investment Officer di Abbot Downing Carol Schleif menyampaikan, pasar saham turun tajam, sementara imbal hasil (yield) obligasi US Treasury naik. Hal ini menandakan bahwa investor mulai beralih ke aset investasi yang aman.

"Kita perlu mendapatkan beberapa stabilisasi dalam hal berita sebelum pasar berbalik," kata Schleif dikutip dari Reuters, Senin (23/3).

(Baca: ADB Kucurkan Dana Rp 47 Miliar untuk Tangani Virus Corona di Indonesia)

Saat ini, pemerintah AS tengah memfinalisasi RUU bantuan ekonomi terkait virus corona. Bantuan ini mencakup pembayaran US$ 3.000 (Rp 47,8 juta) untuk satu keluarga.

Selain itu, AS menyiapkan paket bantuan yang memungkinkan bank sentral The Fed meningkatkan likuiditas hingga US$ 4 triliun. Hal ini untuk mendukung perekonomian negara.

Halaman: