Tak Lagi Rugi, Perusahaan Sandiaga Uno Raup Laba Rp 7,3 T Tahun 2019

ANTARA FOTO/Galih Pradipta/pd.
Warga melintas di samping layar yang menampilkan infornasi pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (13/3/2020). PT Saratoga Ivestama Sedaya Tbk (SRTG) membukukan laba bersih senilai Rp 7,37 triliun sepanjang 2019 lalu.
17/3/2020, 15.02 WIB

PT Saratoga Ivestama Sedaya Tbk (SRTG) membukukan laba bersih senilai Rp 7,37 triliun sepanjang 2019 lalu. Ini berarti perusahaan milik Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaya ini berbalik arah dibandingkan tahun 2018 yang rugi Rp 6,19 triliun.

Hal itu sejalan dengan kenaikan nilai investasi dan pendapatan dividen dari perusahaan yang diinvestasikan Saratoga. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, perseroan mencetak keuntungan bersih Rp 6,22 triliun pada investasi saham dan efek. Sedangkan tahun lalu, mereka mencatat kerugian senilai Rp 7,25 triliun.

"Saratoga yakin terhadap potensi jangka panjang dari tiga sektor utama yakni sumber daya alam, infrastruktur, dan konsumen, “ kata Presiden Direktur Saratoga Michael Soeryadjaya dalam siaran pers resmi, Selasa (17/3).

(Baca: IHSG Anjlok Imbas Virus Corona, Sandiaga Uno: Kesempatan Beli Saham)

Keuntungan atas investasi tersebut, didorong oleh naiknya harga saham yang dimiliki oleh Saratoga. Contohnya adalah kepemilikan saham di PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) Saham TBIG sepanjang 2019 harganya meroket 74,22% menjadi Rp 1.230 per saham di akhir tahun.

Selain itu, saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang harganya naik 44,59% sepanjang 2019 menjadi Rp 1.070 per saham di akhir tahun. Saratoga memiliki saham perusahaan tambang tersebut sebesar 19,73% dari total seluruh saham.

Perseroan juga memegang saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dengan kepemilikan di bawah 5%. Saham perusahaan yang juga dimiliki oleh pebisnis Garibaldi Thohir tersebut melonjak 25,4% dalam setahun menjadi Rp 1.555 per saham di akhir 2019.

Namun Saratoga juga menginvestasikan dana pada perusahaan PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX) yang 2019 mengalami penurunan nilai 26,11%. Padahal mereka merupakan pemegang saham mayoritas, yaitu 52,21%.

Berdasarkan sektornya, investasi pada saham infrastruktur pada tahun lalu menjadi penyokong keuntungan Saratoga. Sektor ini menyumbang untung Rp 3,73 triliun, berbanding terbalik dengan posisi tahun sebelumnya yang rugi Rp 4,34 triliun.

Di urutan berikutnya, saham sektor sumber daya alam menyumbang keuntungan senilai Rp 2,89 triliun dari kerugian Rp 2,77 triliun di tahun 2018. Meski begitu, saham sektor konsumen masih rugi Rp 585 miliar atau lebih besar dari kerugian Rp 157 miliar tahun sebelumnya.

(Baca: Sandiaga Uno Buka Peluang Tambah Kepemilikan Saham di Saratoga)

Saratoga juga berhasil membukukan pendapatan dari pembagian dividen Rp 1,99 triliun tahun lalu atau meningkat 121,5% dari perolehan 2018. Perolehan itu berasal dari kontribusi Tower Bersama Infrastructure, Adaro Energy, dan Mitra Pinasthika Mustika.

Terkait prospek bisnis 2020, Michael mengatakan di tengah berbagai tantangan global dan domestik, Saratoga akan tetap menjalankan strategi investasi aktif secara disiplin, terukur, dan prudent. Pasalnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun ini saja sudah terkoreksi mendekati 30%.

"Kami percaya dengan pengalaman dan keahlian yang dimiliki Saratoga, nilai investasi perusahaan akan terus berkembang secara optimal," katanya.

Reporter: Ihya Ulum Aldin