Wall Street Dibuka Anjlok 7%, Perdagangan Saham Sempat Dihentikan

xPACIFICA/Getty Image
Ilustrasi. Bursa Efek New York menghentikan sementara perdagangan tak lama usai pembukaan selama 15 menit guna menenangkan investor.
Penulis: Agustiyanti
9/3/2020, 22.07 WIB

Wall Street dibuka anjlok pada perdagangan Senin (9/3) akibat kepanikan para investor terhadap penyebaran virus corona yang meningkat pesat secara global dan dampak ke ekonomi. Bursa Efek New York bahkan sempat menghentikan perdagangan saham selama 15 menit setelah indeks S&P 500 turun 7%.

Dikutip dari CNN, penghentian sementara ini dilakukan tak lama setelah perdagangan dimulai. Hal tersebut dilakukan untuk menenangkan para investor ketika mereka panik.

Adapun penghentian sementara kedua akan kembali dilakukan selama 15 menit jika bursa saham turun lebih dari 13%. Sementara jika pasar jatuh 20%, perdagangan hari ini kana dihentikan.

(Baca: Redam Dampak Virus Corona, IMF Sarankan Pemberian Bantuan Tunai)

Saham-saham perusahaan transportasi pada indeks Dow Jones turun 6,6% sebelum pasar sempat dihentikan. Transportasi kini tengah berada dalam kondisi sulit meski harga minyak yang anjlok memberi sedikit nafas.

Meski bahan bakar mengambil porsi cukup besar bagi biaya operasional maskapai, ini tidak akan mengimbangi penurunan besar permintaan yang dihadapi akibat wabah covid-19.

Indeks, yang menghitung maskapai besar United (UAL), Delta (DAL), Southwest (LUV) dan Amerika (AAL) di antara 20 anggota, telah anjlok 26% dari posisi tertinggi 52 minggu yang dicapai pada Januari. Ini menjadi  berita buruk bagi ekonomi global, karena perusahaan-perusahaan ini bertanggung jawab untuk mendapatkan barang dan menghubungkan orang di seluruh dunia.

(Baca: IHSG Anjlok 18,5% Imbas Corona, Emiten Boleh Buyback Saham Tanpa RUPS)

Virus corona hingga kini telah menjangkit lebih dari 110 ribu orang dengan korban tewas mencapai 3.800 orang. Dari total kasus yang ada, sebanyak 65 ribu orang berhasil sembuh.

Wabah ini telah tersebar di 110 negara dan teritorial. Jumlah kasus di Tiongkok telah menurun drastis, tetapi meningkat cepat di negara dan wilayah lain, seperti Italia, Spanyol, Iran, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

Di Amerika Serikat, terdapat lebih dari 566 kasus dengan total kematian mencapai 22 orang. Dari total kasus tersebut, baru 15 orang yang telah dinyatakan sembuh.