Pasar modal dalam negeri mencatatkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) yang cukup rendah sepanjang tahun ini. Namun datangnya sejumlah emiten baru yang akan segera melakukan penawaran saham perdana(initial public offering/IPO) jumbo diprediksi bisa membuat transaksi di pasar modal kembali bergairah.
Adapun secara year to date (ytd) hingga perdagangan kemarin, Rabu (19/2), RNTH di pasar saham hanya mencapai Rp 6,38 triliun, jauh di bawah RNTH sepanjang 2019 yang mencapai Rp 9,1 triliun.
"Mudah-mudahan akan banyak emiten baru yang bagus, yang bisa membuat market confidence," kata Direktur Mandiri Sekuritas Heru Handayanto ketika ditemui usai Indonesia Capital Market Student Studies (ICMSS) FEB UI di Depok, Kamis (20/2).
Beberapa calon emiten sudah menyampaikan memiliki target untuk mampu meraih dana jumbo di atas Rp 1 triliun melalui proses IPO. Seperti anak usaha Adhi Karya (Persero), Adhi Commuter Properti, yang menargetkan mampu meraup dana Rp 2,5 triliun dengan melepas 30% saham ke publik pada akhir semester II tahun ini.
(Baca: IPO Tahun ini, Anak Usaha Adhi Karya Target Raih Dana Rp 2,5 Triliun)
Selain Adhi Commuter, Metro Healthcare Indonesia juga berencana IPO pada 13 Maret 2020. Metro akan melepas 30% sahamnya kepada publik dan mengincar dana segar sebesar Rp 1,1 triliun.
Selain bakal menambah gairah transaksi di pasar modal, Heru optimistis IPO jumbo perusahaan-perusahaan tersebut bakal mendongkrak nilai transaksi harian bursa jelang pembagian dividen emiten. Berdasarkan siklus, pasar seharusnya bergairah pada Januari dan akan turun setelahnya. "Biasanya naik lagi jelang pembagian dividen nih," katanya.
Pembagian dividen kepada pemegang saham setiap tahunnya ini, berasal dari hasil laba bersih perusahaan pada tahun sebelumnya. "Yang dilihat pasar kan pertumbuhan dari laporan keuangan emiten, mudah-mudahan hasilnya bagus. Artinya, ada pertumbuhan dividen yang juga akan menarik investor," katanya.
Senada, Head of Economic Analysis Units Bursa Efek Indonesia (BEI) Heidy Ruswita Sari mengatakan bahwa laporan keuangan memang menjadi salah satu faktor yang mendorong pelaku pasar modal melakukan investasi.
(Baca: BEI: 29 Perusahaan Antre IPO, Mayoritas dari Sektor Properti)
"Mudah-mudahan laba bersih bisa bantu transkasi karena itu kan fundamental," katanya. Selain itu dia juga meyakini omnibus law yang akan diterbitkan pemerintah bakal mendorong investasi.
Dia mengibaratkan laporan keuangan seperti indeks prestasi kumulatif (IPK) pada mahasiswa. Meski bukan indikator utama untuk mengukur kemampuan mahasiswa, IPK merupakan alat ukur yang paling mudah dan dasar untuk menilainya.
Dia pun optimistis nilai transaksi harian akan kembali meningkat ke depannya setelah beberapa kasus yang melibatkan pasar modal mulai menemui titik terang dan terselesaikan. Pasalnya, kasus-kasus tersebut bersifat sementara saja karena capital market dalam negeri memiliki size yang tidak besar. "Jadi, harusnya tidak sistemik," katanya.
(Baca: BEI Harap Pemblokiran 800 Rekening Efek Tak Tekan Perdagangan Saham)