Naik 1,7% Selama 2019, IHSG Kalah oleh 3 Bursa Negara di Asia Tenggara

ANTARA FOTO/Reno Esnir
Layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. Kinerja IHSG yang hanya naik 1,70% merupakan indeks dengan kinerja terbaik keempat di Asia Tenggara.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
31/12/2019, 06.30 WIB

Indeks harga saham gabungan (IHSG) naik 1,7% sepanjang 2019 ke level 6.299,54 dari level 6.194,49 pada penutupan tahun sebelumnya. Meski begitu, kinerja IHSG hanya menempati peringkat keempat di antara bursa saham di kawasan Asia Tenggara.

"Tahun 2019 merupakan tahun yang penuh dinamika dan memiliki sejumlah tantangan, sehingga memberi dampak terhadap pergerakan IHSG di sepanjang 2019," kata Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi di Gedung BEI, Jakarta, Senin (30/12).

Adapun bursa dengan kinerja terbaik di Asia Tenggara di 2019 yaitu indeks VN Vietnam yang melesat naik hingga 8,12% disusul Strait Times Index (STI) Singapura naik 5,01%, serta PSEi Filipina naik 4,68%. Di peringkat kelima setelah IHSG yaitu indeks SETi Thailand naik 0,99%.

Sebaliknya, indeks FTSE BM Malaysia sepanjang tahun ini terkoreksi hingga 4,43%. Dengan kinerja tersebut, indeks saham negeri Jiran menjadi indeks dengan kinerja terburuk tidak hanya di Asia Tenggara, melainkan di Asia Pasifik.

(Baca: Jumlah Perusahaan yang IPO Turun, 2020 BEI Pasang Target Konservatif)

Sementara itu jika dibandingkan dengan kinerja bursa saham di kawasan Asia Pasifik, IHSG hanya menempati urutan ke-11. Bursa saham dengan kinerja terbaik di Asia Pasifik yaitu indeks TAIEX Taiwan yang sepanjang tahun 2019 meroket hingga 23,91%.

Kemudian indeks Shanghai Composite Tiongkok naik 21,90%, menjadikannya indeks saham terbaik kedua di Asia Pasifik meski Negeri Panda ini menghadapi perang dagang dengan Amerika Serikat (AS). Di posisi ketiga ada indeks All Ordinaries Australia yang naik 21,23%.

Adapun indeks Hang Seng Hong Kong masih naik 9,57% meskipun sepanjang tahun 2019 negara ini diwarnai aksi demonstrasi dan kerusuhan berkepanjangan. Sementara itu indeks Nikkei 225 Jepang naik 18,20%, indeks Sensex India naik 15,14%, serta Kospi Korea Selatan naik 7,67%.

Namun kinerja bursa saham negara-negara Asia Pasifik bukan yang terbaik di dunia. Termasuk indeks saham utama AS, yakni Dow Jones Industrial Index, yang hanya menempati peringkat ke-11 di dunia. Indeks saham dengan kinerja terbaik di dunia pada 2019 yaitu indeks Merval Argentina yang meroket hingga 37,60%, ISEQ Irlandia 32,85%, dan indeks IBOV Brazil 32,59%.

(Baca: Terpukul Gejolak Global, Pasar Modal RI 2019 Bisa Cetak Hasil Positif)

Catatan Positif Pasar Modal Indonesia

Meski hanya naik 1,70% sepanjang tahun 2019, pasar modal Indonesia masih mampu mencetak sejumlah capaian positif. Salah satunya yaitu aktivitas perdagangan saham di BEI yang lebih likuid dibandingkan bursa lainnya di kawasan Asia Tenggara.

Hal tersebut tercermin dari rata-rata frekuensi perdagangan yang tumbuh 21% menjadi 469 ribu transaksi per hari, rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) naik 7% menjadi Rp 9,1 triliun dibandingkan tahun lalu Rp 8,5 triliun, serta jumlah investor pasar modal yang melonjak hingga 50%.

Menurut data BEI jumlah investor pasar modal sepanjang 2019 mencapai 2,48 juta investor berdasarkan single investor identification (SID). Adapun investor saham tercatat tumbuh 30% menjadi 1,1 juta investor atau SID.

Sementara dari sisi pencatatan saham baru, sepanjang 2019 terdapat 55 perusahaan yang go public atau melakukan IPO (initial pulic offering). Ini merupakan jumlah IPO tertinggi di antara bursa-bursa di kawasan Asia Tenggara, dan peringkat 71 di dunia. Sehingga, saat ini secara keseluruhan terdapat 668 emiten di bursa.

(Baca: Dorong Investasi, Sri Mulyani Godok Insentif Pajak untuk Korporasi)

Reporter: Ihya Ulum Aldin