PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) telah merilis laporan keuangan kuartal III 2019, dalam laporannya laba bersih perusahaan tercatat sebesar Rp 5,5 triliun, angka ini anjlok 24,4% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu (year on year/yoy) yang mencapai Rp 7,28 triliun.
Turunnya laba bersih perseroan disebabkan oleh melemahnya nilai penjualan, tercatat penjualan perusahaan barang konsumsi (Fast Moving Consumer Goods/FMCG) tersebut sebesar Rp 32,3 triliun atau turun 2,4% secara yoy.
"Penjualan di dalam negeri menyumbang Rp 30,7 triliun atau turun 3,3%, dan penjualan ekspor sebesar Rp 1,57 triliun atau turun 12%," dikutip dari Keterbukaan Informasi perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (17/10).
Adapun laba usaha Unilever turut mengalami penurunan sebear 23,2% menjadi Rp 7,52 triliun. Sedangkan, laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (EBITDA) tercatat sebesar Rp 8,3 trilliun atau turun 21,6% secara yoy.
(Baca: Unilever Pangkas Belanja Modal Jadi Rp 1,1 Triliun)
Selain itu, beban pokok penjualan tercatat Rp 15,9 triliun atau turun 1,27% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yakni mencapai Rp 15,7 triliun.
Adapun pada tahun ini Unilever menganggarkan belanja modal (capital expanditure/capex) sebesar Rp 1,1 triliun. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan pada tahun lalu yang mencapai Rp 1,5 triliun.
"Capex tahun lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Lebih moderat," kata Governance & Corporate Affairs Director Unilever Indonesia Sancoyo Antarikso, di Jakarta, Kamis (4/4).
Investasi tahun ini akan digunakan untuk menenambahan kapasitas pabrik dan alat distribusi penjualan seperti es krim kabinet serta mendukung dana program yang terkait keberlanjutan bisnis. Penambahan kapasitas pabrik menurutnya akan diutamakan untuk pabrik yang utilisasinya hampir mencapai 80%.
(Baca: Pemecahan Nilai Saham Unilever Dinilai Positif untuk Investor Kecil)
Laba Jeblok, Saham Unilever Anjlok 1,86%
Setelah perusahaan mengumumkan perolehan labanya yang turun, saham Unilever yang memiliki kode emiten UNVR pun jatuh. Padahal sepanjang sesi I saham ini sempat naik hingga ke level Rp 46.000 per saham atau naik 0,88% dibandingkan posisi penutupan sebelumnya di level Rp 45.600 per saham.
Namun pada sesi II saham ini meluncur deras ke zona merah hingga ditutup dengan koreksi sebesar 850 poin atau 1,86% ke level Rp 44.750. Sepanjang hari ini saham UNVR ditransaksikan sebanyak 2,61 juta lembar dengan total transaksi mencapai Rp 117,62 miliar. Investor mentransaksikan saham ini sebanyak 4.524 kali sepanjang hari ini.
Tekanan terhadap UNVR terutama bersumber dari aksi jual investor domestik yang membukukan net sell atau penjualan bersih sebesar Rp 4,5 miliar. Sebagai informasi, saham UNVR sepanjang tahun ini atau secara year to date (ytd) terkoreksi sebesar 1,43%.
(Baca: Didukung Unilever, Startup Logistik Asal Malaysia Siap Masuk Indonesia)