PT Hutama Karya (Persero) membukukan laba bersih senilai Rp 1,1 triliun pada semester I 2019. Laba bersih perusahaan konstruksi milik pemerintah tersebut meningkat hingga 79,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy) sebesar Rp 614 miliar dan telah mencapai 50,17% dari target laba bersih 2019 sebesar Rp 2,2 triliun.
Meski laba bersihnya melesat, Hutama Karya hanya mengantongi pendapatan senilai Rp 8,11 triliun, turun 16% dari pendapatan pada semester I 2018 senilai Rp 9,68 triliun. Pencapaian pendapatan tersebut baru 23,3% dari target pendapatan tahun ini sebesar Rp 34,32 triliun.
Sepanjang semester I 2019, perseroan membukukan perolehan kontrak baru sebesar Rp 13,2 triliun. Perolehan kontrak baru tersebut hanya mencapai 35,90% dari target yang ditetapkan tahun ini.
Direktur Utama Hutama Karya Bintang Perbowo mengatakan, sudah banyak pencapaian dalam enam bulan pertama tahun ini, seperti pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera yang telah mencapai sepanjang 470 kilometer. "Yang artinya tercapai 17% dari target yang diamanatkan sepanjang 2.765 km. Hal ini kami capai dengan melakukan berbagai inovasi, perbaikan metode kerja, dan efisiensi dalam melakukan procurement,” kata Bintang dalam siaran resmi pada Rabu (7/8).
(Baca: Bangun Tol 2.700 km, Hutama Karya Butuh PMN Rp 10-15 Triliun per Tahun)
Hingga semester I 2019, Hutama Karya tercatat memiliki rasio utang berbunga terhadap ekuitas (Gross Gearing Ratio) sebesar 0,66 kali, sedangkan batas utang berbunga (debt covenant) sebesar 2,25 kali. Ini berarti perseroan masih memiliki kesempatan untuk lebih agresif menambah sumber pendanaan terkait pengerjaan proyek-proyek strategis nasional.
"Hal ini tentunya akan menjadi penopang penting dalam rangka mempercepat penyelesaian penugasan pemerintah di Jalan Tol Trans Sumatera," kata Bintang.
Pada semester I 2019, Hutama Karya juga mencatatkan pertumbuhan Net Profit Margin (NPM) yang positif. Net Profit Margin tumbuh sebesar 13,61% jika dibandingkan dengan kinerja di periode yang sama di 2018, yaitu sebesar 6,35%.
(Baca: Masuk ke Holding Infrastruktur, Tiga BUMN Karya Lepas Status BUMN)