Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, total laba bersih perusahaan terbuka per Maret 2019 mengalami peningkatan sebesar 8,86% menjadi Rp 96,84 triliun dari Rp 88,96 triliun per Maret 2018. Padahal total pendapatan perusahaan-perusahaan tersebut hanya tumbuh 4,13% menjadi Rp 866,1 triliun dari Rp 831,76 triliun.
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi menilai, catatan tersebut merupakan capaian yang positif. "Ke depan, kalau melihat perkembangannya masih bagus, masing-masing perusahaan masih tumbuh," katanya di Komplek Parlemen, Jakarta, Senin (24/6).
Catatan lainnya, total aset perusahaan-perusahaan tercatat di bursa juga bertumbuh 10,38% per Maret 2019 menjadi Rp 11.210 triliun dari Rp 10.156 triliun. Ada pun, total ekuitas pada periode tersebut juga mengalami peningkatan 11,31% menjadi Rp 3.233 triliun dari Rp 2.904 triliun per Maret tahun lalu.
Sedangkan nilai penghimpunan dana dari pencatatan saham baru melalui skema initial public offering (IPO) per 14 Juni 2019 sudah tercatat sebesar Rp 2,4 triliun dari 16 perusahaan. Dengan tambahan perusahaan yang go public tersebut, total perusahaan tercatat di pasar saham dalam negeri sebanyak 633 perusahaan.
(Baca: Bali United Klub Bola Pertama yang Melantai di Bursa Efek Indonesia)
Meski begitu, total penghimpunan dana yang telah dikantongi oleh perusahaan-perusahaan sepanjang 2019 ini masih jauh lebih rendah dari penghimpunan dana dari perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO tahun lalu yang mencapai Rp 15,7 triliun dari 57 perusahaan yang melakukan IPO.
Meski masih relatif kecil, namun Inarno melihat potensi untuk penghimpunan dana di pasar modal masih bisa berumbuh. Sedikit melambatnya penghimpunan dana menjelang berakhirnya semester I-2019 karena adanya Pemilu dan Pilpres 2019. "Kalau melihat tiga bulan terakhir ini, masih belum terlihat karena ada election. Semua menunggu (Pipres 2019)," kata Inarno.
Catatan lainnya yang disampaikan Inarno kepada Komisi XI DPR-RI dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) yaitu terkait pertumbuhan jumlah investor ritel yang tercatat dalam Single Investor Identification (SID) juga mengalami pertumbuhan. Seperti diketahui, jumlah SID meliputi investor di pasar saham, surat utang, dan reksa dana.
Total SID per 31 Mei 2019 tercatat mengalami peningkatan 19% dari akhir tahun lalu sebanyak 1,61 juta SID investor menjadi 1,92 juta investor. Ada pun, investor ritel khusus di pasar saham juga mengalami peningkatan 11,4% menjadi 952 ribu investor pada Mei 2019 dari 854 ribu investor pada akhir 2018.
(Baca: Jelang Paruh Pertama 2019, 13 Perusahaan Raup Rp 1,92 Triliun dari IPO)
Dari total SID tersebut, rata-rata investor masih berada di Jawa sebanyak 72,85% dengan total aset Rp 2.244 triliun. Artinya 96,2% dari total aset seluruh perusahaan publik terkonsentrasi di Jawa, terutama di DKI Jakarta, yakni 24,95% total investor berkumpul di provinsi ini dengan penguasaan aset mencapai 85,03% dari total aset seluruh perusahaan publik.
Dari total penghasilan, investor dengan penghasilan antara Rp 10 juta hingga Rp 100 juta mendominasi dengan persentase 57,3% dari total investor. Sementara, investor berpengasilan Rp 100 juta hingga Rp 500 juta sebesar 23,39% dari total investor. Sedangkan investor berpenghasilan di bawah Rp 10 juta sebanyak 13,93% dan di atas Rp 500 juta sebanyak 5,38%.