Dibuka di Zona Merah, IHSG Masih Berpotensi Terkoreksi

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Papan pergerakan IHSG di Bursa Efek Indonesia.
Penulis: Happy Fajrian
13/3/2019, 11.11 WIB

Indeks harga saham gabungan (IHSG) turun 0,17% atau 10,65 poin ke posisi 6.343,12 pada pembukaan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia Rabu (13/3). Koreksi IHSG sejalan dengan bursa Asia yang mayoritas dibuka di zona merah pagi ini.

Indeks Nikkei dibuka dengan terkoreksi 1,33%, Hang Seng juga turun 0,67%, Strait Times turun 0,72%, Shanghai turun 0,37%, Kospi turun 0,84%, serta PSEi turun 0,07%.

Tim analis Oso Securities Indonesia memperkirakan IHSG akan bergerak bervariasi hari ini dengan kecenderungan turun walau terbatas. Sentimen positif yang diperkirakan mampu menahan penurunan indeks salah satunya berasal dari rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Februari 2019 pada level 1,5%. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi periode Januari yang sebesar 1,6%, serta lebih rendah dari prediksi pasar yang sebesar 2%.

"Data inflasi yang lebih rendah memperkuat optimisme pasar bahwa Federal Reserve tidak akan menaikkan suku bunganya dalam waktu dekat. Meski demikian kami perkirakan inflasi akan naik secara bertahap dan perlu diwaspadai," tulis kepala riset Oso Securities Indonesia Ike Widiawati dalam risetnya yang diakses Rabu (13/3).

(Baca: Bursa Asia Menghijau tapi Indeks Bursa Indonesia Terkoreksi 0,20%)

Adapun sentimen negatif yang diperkirakan akan memberatkan indeks yakni dari ketidakpastian Brexit setelah parlemen Inggris pada Selasa (12/2) waktu setempat malam menolak kesepakatan Brexit dengan Uni Eropa yang diajukan Perdana Menteri Inggris Theresa May. Sehingga ketidakpastian masih akan mewarnai kondisi politik disana dan turut berdampak terhadap pasar.

Sementara itu Kepala Riset Valbury Sekuritas juga memperkirakan IHSG akan sulit bergerak ke teritori positif hari ini. Sentimen yang akan memberatkan IHSG berkaitan dengan defisit neraca perdagangan yang melebar, serta sentimen global yang masih diwarnai ketidakpastian karena sikap kontroversi Presiden AS Donald Trump yang dapat berujung pada pemakzulan terhadap jabatannya.

Defisit neraca perdagangan kumulatif Januari - Desember 2018 merupakan yang terparah sepanjang sejarah Indonesia. Defisit disebabkan kinerja impor khususnya barang modal dan bahan baku meningkat signifikan.

Namun, peningkatan impor ini sejalan dengan prioritas pemerintah membangun infrastruktur. Impor barang modal dan bahan baku masing-masing naik sebesar 22 persen dan 20 persen. Di sisi lain, sepanjang 2018, nilai ekspor barang Indonesia turun 1,04% (yoy) sedangkan impor barang tercatat naik 12,1% (yoy).

(Baca: Pemegang Saham Restui Merger Bank Dinar dengan Bank Oke )

"Hal ini menjadi kendala bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia menyusul adanya koreksi pada neraca perdagangan," kata Alfiansyah.

Sementara itu dari AS, Ketua House of Representatif AS Nancy Pelosi mengatakan Presiden AS Donald Trump tidak perlu dimakzulkan kecuali untuk alasan yang sangat besar sekali dan bipartisan. Pelosi meyakini bahwa memakzulkan dapat memecah belah negara, tetapi tetap berpendapat Trump tidak cocok menduduki jabatan presiden.

Komite Kehakiman House of Representative meluncurkan penyelidikan tentang korupsi, penyalahgunaan wewenang, dan menghalangi proses peradilan terhadap Trump. Penyelidikan yang dapat mengarah pada pemakzulan. Selain itu, Jaksa Khusus Robert Mueller sedang menyelidiki intervensi Rusia dalam kampanye pemilihan presiden 2016, kemungkinan hubungan Trump dengan pemerintah Rusia.

"Di tengah tensi politik AS yang meningkat terhadap Trump, setidaknya sedikit bisa menjadi perhatian pelaku pasar," ujarnya.

Hingga berita ini ditulis IHSG bergerak fluktuatif, dibuka di zona merah, IHSG kini berbalik ke zona hijau naik 0,17% ke level 6.364,39. Sebanyak 160 saham terkoreksi, dan 184 saham naik, serta 133 saham tidak bergerak nilainya. Transaksi saham tercatat mencapai Rp 2,7 triliun dari 6,69 miliar saham.

(Baca: Ekonomi Global Diprediksi Melambat, Sri Mulyani Paparkan Strategi 2019)