Katadata Market Index: Tren Bearish Bayangi Bursa Saham di November

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Penulis: Hari Widowati
28/11/2018, 13.03 WIB

Katadata Market Sentiment Index menunjukkan tren menurun (bearish) masih membayangi Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga akhir November ini. Beberapa faktor yang menyebabkan pasar modal domestik belum beranjak dari zona bearish antara lain membaiknya kinerja ekonomi Amerika Serikat (AS), ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) pada Desember 2018, serta tekanan terhadap kurs rupiah selama September-Oktober lalu.

Panel Ahli Katadata Insight Center (KIC) Damhuri Nasution mengatakan, Katadata melakukan riset untuk mengidentifikasi periode bearish atau bullish Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI. Prediksi ini merupakan hasil pengembangan metode kuantitatif yang menghubungkan indikator makroekonomi domestik dan global dengan kondisi pasar, serta model untuk membuat proyeksi satu periode ke depan.

"Hasil identifikasi dan proyeksinya berupa probabilitas terjadinya kondisi pasar bearish atau bullish," kata Damhuri, dalam peluncuran Katadata Market Sentiment Index di Jakarta, Rabu (28/11).

Jika nilai indeks ≥ 50%, pasar disebut sedang dalam periode bullish atau dalam tren naik. Sebaliknya, bila nilai indeks 50%, pasar dalam kondisi bearish atau tren turun. Hasil identifikasi dan proyeksi pasar ke depan itu diberi nama Katadata Market Sentiment Index, yang akan diperbarui dan dipublikasikan setiap bulan.

Riset ini menggunakan sejumlah metodologi. Pertama, studi literatur dengan mengumpulkan penelitian sejenis yang pernah dilakukan. Misalnya, Erik Kole dan Dick J.C. van Dijk melakukan studi yang hampir sama untuk mengidentifikasi periode bearish dan bullish indeks harga saham MSCI pada 2010.

Kedua, pengumpulan data sekunder berupa IHSG dan berbagai indikator makroekonomi domestik maupun global, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, suku bunga, nilai tukar, hingga indeks kepercayaan konsumen.

Ketiga, seasonal adjustment (SA) yang dilakukan terhadap data yang dipengaruhi signifikan oleh faktor musim, misalnya penjualan mobil, motor, konsumsi semen, uang beredar, dan lain-lain. Keempat, identifikasi kondisi IHSG. Kelima, permodelan kondisi IHSG. Keenam, peramalan kondisi IHSG.

(Baca: Terparah, Indeks Sektor Konsumer di Bursa Saham Longsor hingga 5,08%)

Damhuri mencontohkan, pada Oktober 2018, IHSG berada di level 5.832, turun 2,4% secara bulanan (month to month) dan 2,8% secara tahunan (year on year). Adapun, sejak awal tahun ini hingga Oktober lalu, penurunan IHSG mencapai 8,2%. Berdasarkan model di atas, probabilitas pasar saham dalam kondisi bullish masih mendekati nol. Artinya, pada Oktober lalu pasar saham masih dalam kondisi bearish.

Sedangkan pada November ini, probabilitas pasar dalam kondisi bullish juga masih mendekati nol atau dengan kata lain tren bearish masih berlanjut. Meskipun laju inflasi terjaga, menurut Damhuri, aktivitas perekonomian belum menunjukkan perbaikan berarti. Hal ini terlihat dari perkembangan penjualan mobil, motor, dan semen, serta likuiditas perbankan yang mulai ketat menyusul kenaikan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate (DDR).

(Baca: IHSG Sepekan Terakhir Turun tapi Asing Bukukan Beli Bersih Saham)

"Kami sudah mencoba model Katadata Market Sentiment Index dan membandingkan dengan data IHSG dari 2003 sampai 2018. Hasilnya dari 181 prediksi, tingkat keakuratannya 97%," kata Damhuri.

Berdasarkan data RTI, return IHSG sejak awal tahun hingga Selasa lalu (27/11) masih minus 5,38%. Sedangkan dalam satu bulan terakhir IHSG naik 4,5%.

Sementara itu, investor asing sejak awal tahun ini masih mencatat penjualan bersih (net sell) di saham sebesar Rp 44,21 triliun. Jika dihitung dalam sebulan terakhir, investor asing sudah mencatat net buy sebesar Rp 12,07 triliun. 

Riset Katadata Market Sentiment Index dapat diunduh di tautan di bawah ini.

 UNDUH LAPORAN