Terkerek Data Pertumbuhan Ekonomi, IHSG Ditutup Menguat 0,24%

Arief Kamaludin|KATADATA
Bursa
Penulis: Ihya Ulum Aldin
5/11/2018, 18.05 WIB

Pengumuman data pertumbuhan ekonomi kuartal III 2018 yang melampaui prediksi Bank Indonesia (BI) membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,24% ke level 5.920,5 poin. Arah IHSG ini berlawanan dengan indeks bursa global yang ditutup melemah.

Analis PT Panin Sekuritas Tbk William Hartanto mengatakan, fluktuatifnya laju IHSG hari ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal yang menjadi sentimen negatif bagi IHSG adalah pelemahan indeks bursa Asia dan Amerika Serikat (AS). Sementara itu, sentimen positif datang dari dalam negeri setelah Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2018 yang mencapai 5,17% (year on year). Angka pertumbuhan ini juga merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan periode yang sama sejak 2014.

Di Asia, Indeks Nikkei 225 ditutup melemah 1,55% menjadi 21.898,99 poin sedangkan Indeks Hang Seng turun hingga 2,08% menjadi 25.934,39 poin. Indeks Komposit Bursa Shanghai juga melemah 0,41% menjadi 2.665,43 poin. Begitu pula dengan Indeks Strait Times Singapura yang turun 1,79% menjadi 3.060,62 poin. Mayoritas bursa Asia mengikuti bursa AS, di mana Indeks Dow Jones ditutup melemah 0,43% disusul Indeks S&P 500 yang turun 0,63% dan Nasdaq -1,04%.

Menurut William, melemahnya pasar Asia disebabkan sanksi ekonomi AS terhadap Iran terkait ekspor minyak dan gas (migas). "Sanksi ini bisa merusak harga komoditas. Beberapa negara Asia juga masih mengandalkan ekspor komoditas sehingga dikhawatirkan sanksi ini dapat merusak bisnis di sana," kata William, Senin (5/11).

(Baca: Kuartal IV, Arus Modal Asing Kembali ke Pasar Negara Berkembang)

Hal senada juga disampaikan oleh Analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra. Namun, Aditya menilai bukan hanya data pertumbuhan ekonomi kuartal III yang membuat IHSG menguat. Investor asing juga cukup intens masuk ke pasar modal Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa saham yang aktif dibeli oleh investor asing, seperti PT Astra International Tbk (ASII), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

"Masuknya asing, mendukung kenaikan indeks di tengah pasar saham global dan regional yang minus hari ini," kata Aditya kepada Katadata.co.id. Pada perdagangan hari ini, total nilai transaksi mencapai Rp 6,7 triliun dengan volume saham yang ditransaksikan 7,85 miliar saham. Investor asing mencatat net buy sebesar Rp 922,55 miliar di seluruh pasar.

Namun, Aditya memprediksi ada potensi koreksi minim di pasar modal pada perdagangan besok, Selasa (6/11). Secara teknikal, dia memperkirakan IHSG akan berada di level support 5.860 poin sedangkan resistance di level 5.950 poin.

Jika terjadi koreksi, investor bisa memanfaatkannya untuk masuk ke sektor-sektor yang sudah turun cukup banyak sejak awal tahun ini. Ia mencontohkan, indeks sektor konsumer yang sejak awal tahun ini terkoreksi 13,7%.

Sementara itu, William memperkirakan laju IHSG besok akan menguat di kisaran 5.850 hingga 5.965 poin. Penguatan IHSG disebabkan oleh batalnya kenaikan cukai rokok. Hal itu membuat saham-saham emiten rokok, seperti PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) akan menguat. "Bobotnya HMSP dan GGRM besar terhadap IHSG jika menguat," kata William.

Saham PT Jaya Bersama Indo Tbk (DUCK) memimpin jajaran top gainers hari ini dengan kenaikan 18,43% menjadi Rp 1.510. PT Sinergi Megah Internusa Tbk (NUSA) di urutan kedua dengan kenaikan 17,14% menjadi Rp 164. PT Ever Shine Tex  Tbk (ESTI) di urutan ketiga dengan penguatan 7,79% menjadi Rp 83. 

Di jajaran top losers, PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk (CAKK) memimpin dengan penurunan 19,46% menjadi Rp 120. PT Guna Timur Raya Tbk (TRUK) di posisi kedua dengan penurunan 7,38% menjadi Rp 138. Adapun PT Hanson International Tbk (MYRX) di posisi ketiga dengan penurunan 7,19% menjadi Rp 129. 

(Baca: Cukai Rokok Batal Naik, Harga Saham Gudang Garam Lambungkan IHSG)