Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan suku bunga acuan 7 Days Repo Rate (DRR) di level 5,75% tidak mampu mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sentimen dari bursa regional yang melemah lebih kuat memengaruhi laju pasar modal domestik.
Pada penutupan perdagangan Selasa (23/10), IHSG terkoreksi 0,72% menjadi 5.797,8 poin. Penurunan IHSG ini lebih baik dibandingkan dengan penurunan indeks bursa regional. Indeks Nikkei 225 ditutup melemah 2,67% menjadi 22.010,78. Indeks Hang Seng anjlok 3,08% menjadi 25.346,55 poin. Sementara itu, Indeks Komposit Bursa Shanghai turun 2,26% menjadi 2.594,83 poin. Indeks Strait Times Singapura juga minus 1,52% menjadi 3.031,39 poin.
Analis PT Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, pasar modal domestik merespons ketidakpastian global, antara lain isu kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS). Lalu, kisruh politik di Italia yang mengguncang perekonomian Uni Eropa.
"Renggangnya hubungan diplomatik antara AS dengan Arab Saudi akibat pembunuhan jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi yang berkebangsaan Arab Saudi turut memberi sentimen negatif," katanya kepada Katadata.co.id, Selasa (23/10).
Sementara itu, Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, IHSG hari ini dinilainya terkoreksi secara sehat dan tidak ada pengaruhnya dengan pengumuman hasil RDG BI hari ini. BI tidak menaikkan suku bunga acuan pada Oktober 2018. Keputusan ini sesuai dengan ekspektasi para pelaku pasar.
Ke depan, pergerakan rupiah akan menjadi fokus pasar. Dengan menahan suku bunga acuan di level 5,75%, BI membuka jalan untuk kemajuan ekonomi dan memperhatikan pergerakan rupiah yang stabil. "Maka tidak ada alasan (bagi BI) untuk menaikkan suku bunga," kata William.
(Baca: Prospek Kenaikan Suku Bunga Acuan AS Tekan IHSG)
Sejak awal, kenaikan suku bunga acuan BI dilakukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Jika pergerakan rupiah tetap stabil, IHSG akan kondusif dan investor boleh mulai mengoleksi saham lagi.
Pada perdagangan hari ini, investor asing membukukan penjualan bersih (net sell) di pasar reguler sebesar Rp 137,02 miliar. Sementara itu, investor domestik membukukan pembelian bersih senilai Rp 140 miliar. Volume saham yang ditransaksikan hari ini sebanyak 7,8 miliar lebar dengan nilai Rp 5,68 triliun. Sebanyak 137 saham naik, 260 saham turun, dan 114 stagnan.
PT Superkrane Mitra Utama Tbk (SKRN) menjadi top loser setelah harga sahamya turun 15,9% menjadi Rp 1.030 per saham. Adapun PT Propertindo Mulia Investama Tbk (MPRO) menjadi top gainer dengan kenaikan 24,8% menjadi Rp 392 per saham.