Setelah 20 tahun absen memberikan keuntungan bagi pemegang sahamnya, tahun ini PT Barito Pacific Tbk (BRPT) memutuskan membagikan dividen senilai US$ 30 juta atau Rp 432 miliar. Jumlah dividen yang dibagikan sebesar 25% dari laba bersih 2017 sebesar US$ 118 juta.

Direktur Utama BRPT Agus Salim Pangestu mengatakan penyisihan laba tersebut sebagai wujud komitmen perusahaan kepada investor. Terutama pada investor publik yang selama ini telah memberikan kepercayaan kepada manajemen dalam mengembangkan bisnis perusahaan. 

"Kami berkeyakinan bahwa akuisisi Star Energy juga akan meningkatkan profitabilitas dan memberikan arus kas yang lebih stabil yang pada akhirnya memberikan dasar untuk melakukan pembagian dividen di masa mendatang," ujar Agus Salim dalam keterangannya, Rabu (18/7).

(Baca: Barito Pacific Targetkan Kontribusi Laba 50% dari Star Energy)

Selama 20 tahun ini, manajemen BRPT fokus dalam pengembangan struktur usaha sejumlah anak usaha dan ekspansi bisnis. Hal ini membuat dalam kurun waktu tersebut, perusahaan milik Prayogo Pangestu ini menahan dividen untuk kepentingan ekspansi bisnis dan dan perluasan usaha perusahaan. 

Pembagian dividen ini dilakukan termasuk untuk saham baru yang telah diterbitkan melalui rights issue sebelumnya. Melalui aksi korporasi tersebut, BRPT menerbitkan 3,83 miliar saham baru. Dengan demikian, BRPT akan memberikan dividen tunai sebesar Rp 24,43 per saham. 

Pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen adalah yang tercatat pada Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dengan cum dividen di pasar reguler dan negosiasi pada 26 Juni 2018. Sedangkan, cum dividen di pasar tunai pada 29 Juni 2018. 

Sepanjang 2017, Barito Pacific membukukan kenaikan pendapatan bersih sebesar 25% menjadi US$ 2,45 miliar. Dengan pertumbuhan ini, perseroan mampu mengantongi laba bersih US$ 279,9 juta. Total aset yang dimiliki perusahaan naik 42% menjadi US$ 3,64 miliar.

(Baca: Perusahaan Prajogo Beli Aset Chevron di Indonesia dan Filipina)

Pada 7 Juni 2018 lalu, BRPT menyelesaikan akuisisi 66,67% kepemilikan di Star Energy, produsen listrik panas bumi terbesar di Indonesia. Agus menilai akusisi Star Energy merupakan langkah penting dan sejalan dengan misi perseroan untuk fokus pada sektor sumber daya energi terbarukan.

“Setelah merampungkan akuisisi tersebut, kami berharap untuk menjadikan BRPT sebagai sebuah perusahaan di sektor energi yang terintegrasi dengan kemampuan operasional yang optimal, sumber pendapatan yang terdiversifikasi, dan untuk memperkuat serta meragamkan peluang pertumbuhannya,” kata Agus Salim.

Barito Pacific didirikan pada 14 April 1979 dengan nama PT Bumi Raya Pura Mas Kalimantan. Saat ini, Perseroan melalui anak-anak perusahaannya melaksanakan kegiatan usaha di bidang kehutanan, petrokimia, property, perkebunan dan energi terbarukan. Beberapa anak perusahaannya adalah PT Chandra Asri Tbk dan Star Energy