PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) mengincar bisnis mortar dan bahan bangunan, seperti bata ringan dan panel beton untuk menjadi salah satu sumber pendapatan perusahaan di masa depan. Perseroan menyiapkan dana sekitar Rp 200 miliar untuk mengakuisisi atau membentuk perusahaan yang memproduksi mortar dan bata ringan.
Direktur Keuangan Semen Indonesia Doddy Sulasmono Diniawan mengatakan, perusahaan membidik bisnis hilir semen mengingat industri semen domestik saat ini masih kelebihan pasokan (oversupply). "Mulai tahun ini kami akan masuk ke bisnis hilir semen. Mungkin melalui akuisisi tetapi (produsen mortar) yang terbesar di Indonesia itu Mortar Utama, sudah dijual kepada asing. Bisa juga kami buat (perusahaan) sendiri," kata Doddy, di Jakarta, Senin (30/4).
Perseroan juga akan merestrukturisasi anak-anak usaha yang memiliki bisnis yang sama atau beririsan agar lebih fokus menggarap bisnisnya. Doddy mencontohkan Semen Indonesia Beton dan SGG Prima Beton yang bergerak di produksi beton curah siap pakai (ready mix). "Kami ingin rapikan ini karena model bisnisnya sejenis, nanti dibuat supaya produknya lebih ke produk hilir semen seperti precast, bata ringan, panel beton, dan lain-lain," ujar Doddy.
Semen Indonesia pada tahun ini mengalokasikan belanja modal (capital expenditure) sebesar Rp 4 triliun, lebih rendah 33,33% dibandingkan dengan 2017 sebesar Rp 6 triliun. Sekitar Rp 1 triliun dari belanja modal tersebut merupakan carry over dari belanja modal tahun lalu. "Kami tidak seagresif dulu dalam capex," kata Doddy. Belum lama ini, Semen Indonesia juga membatalkan rencana akuisisinya terhadap Madina Cement Industries, perusahaan semen asal Bangladesh.
(Baca: Luhut: Tak Ada Alasan Pembangunan Pabrik Semen Rembang Berhenti)
Seluruh belanja modal akan didanai oleh kas internal. Perseroan menghindari utang jangka panjang yang berasal dari penerbitan surat utang. Jika membutuhkan dana tambahan, perseroan lebih memilih mencari pinjaman dari perbankan yang dianggap lebih fleksibel. "Kalau obligasi, kami tidak bisa melunasi lebih cepat sebelum jatuh tempo. Kalau utang bank, bisa dipercepat pelunasannya," kata Doddy.
Pertumbuhan Penjualan
Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia Agung Wiharto memperkirakan pertumbuhan penjualan semen tahun ini sekitar 6%-7%. Angka ini sedikit di atas rata-rata pertumbuhan industri yang diproyeksikan sebesar 5%-6%. "Kelebihan pasokan di pasar semen domestik masih signifikan, tahun ini mencapai 32 juta ton," ujar Agung.
Hingga kuartal I 2018, perseroan mencatat volume penjualan semen sebesar 6,18 juta ton, naik tipis dibandingkan periode yang sama tahun lalu 6,11 juta ton. Nilai penjualan bersih Semen Indonesia hingga Maret 2018 mencapai Rp 6,62 triliun, tumbuh 3% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, laba bersih perseroan tergerus 44% menjadi Rp 412 miliar. "Penurunan laba bersih sebagian besar disebabkan kenaikan beban bahan bakar (batu bara) dan perusahaan mulai membayar utang untuk proyek Indarung dan Rembang," ujar Agung.