Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali mencetak rekor tertingginya pada penutupan perdagangan Selasa (3/10). Kemarin, IHSG berhasil menyentuh level 5.939 atau melesat 25,4 poin, walaupun investor asing terus melakukan aksi jual (nett sell).
Kepala analis PT Asjaya Indosurya Securities William Suryawijaya menjelaskan, kenaikan IHSG yang mencapai rekor terbarunya menunjukan bahwa imbal hasil dari indeks saham Indonesia masih cukup menjanjikan. Sementara investor asing mencatatkan nett sell sebesar Rp 238,4 miliar kemarin, tetapi investor lokal tetap menunjukkan optimisme.
Alhasil, IHSG tetap berhasil mengalami kenaikan. "Ini lebih ke masalah keyakinan. Kan investor lokal lebih tahu dan mengerti keadaan negara," ujar William saat dihubungi Katadata, Jakarta, Rabu (4/10).
William mengatakan, kondisi ini harusnya terus dipertahankan. Pemerintah dan berbagai pihak lainnya pun harus bisa lebih mensosialisasikan bahwa keadaan ekonomi Indonesia dalam situasi yang cukup baik. Selain itu, kondisi sosial dan politik pun harus tetap dijaga, sehingga investor asing akan ikut yakin dan kembali masuk ke pasar saham domestik.
Adapun, menurut data Indosurya kemarin, sektor yang mengalami kenaikan tertinggi adalah pertambangan yang naik 1,50%. Disusul oleh, sektor aneka industri yang naik 0,81% dan perdagangan yang naik 0,66%.
Sementara itu, Analis Danareksa Sekuritas Lucky Bayu Purnomo menjelaskan, tren IHSG yang mengalami kenaikan, bahkan menyentuh rekor tertingginya yakni di level 5.939 kemarin, pada dasarnya masih dapat terus menguat. Alasannya, kinerja indeks ini sempat menyentuh level tertingginya pada 5.953. Adapun, target IHSG tertinggi adalah dikisaran level 5.988.
Walaupun asing masih mencatatkan nett sell, tetapi rekor ini akan membuat investor asing secara keseluruhan semakin tertarik. "Apakah investor lokal mampu bertahan? Ini menjadi apresiasi general. Investor lokal maupun asing melihat hal ini positif," ujar Lucky.
Namun, untuk mencapai level yang lebih tinggi, yakni menembus angka Rp 6.000, menurut Lucky, bisa terwujud namun masih memerlukan waktu. Dengan kenaikan ini, biasanya perilaku investor menjadi terbatas. Apakah mempertahankan investasinya atau justru memilih aksi ambil untung.
Adapun, menurut Lucky, yang membuat sentimen positif kenaikan IHSG hingga menyentuk level tertingginya kemarin adalah akrena adanya sentimen dari harga komoditas. Lucky menjelaskan, harga minyak mentah (crude oil) mampu bertahan di atas US$ 50 per barel.
"Minyak jadi indikator pertama indeks menguat. Juga terlihat dari indeks Dow Jones di angka 22.641 dan Nikkei 20.656," ujar Lucky.