BEI: Keuntungan IHSG Tertinggi di Dunia Sepanjang 2006-2016

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Penulis: Miftah Ardhian
22/6/2017, 11.34 WIB

PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat perolehan tingkat imbal hasil perdagangaan pasar modal Indonesia tahun lalu, merupakan salah satu yang tertinggi di antara bursa-bursa utama dunia dalam 10 tahun terakhir. Dengan capaian ini BEI optimistis bisa menjadi bursa yang terdepan di kawasan ASEAN.

Direktur Utama BEI Tito Sulistio menjelaskan berdasarkan kinerja 2016, tingkat imbal hasil Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah yang kelima tertinggi di antara bursa-bursa negara lain di dunia. Sementara, di kawasan Asia Pasifik, tingkat imbal hasil IHSG berada di posisi kedua terbesar. 

"Dalam 10 tahun terakhir (2006-2016) tingkat imbal hasil IHSG adalah yang tertinggi di antara bursa-bursa utama dunia,” ujar Tito melalui keterangan resminya, Jakarta, Rabu (21/6). (Baca: IHSG Cetak Rekor Baru Berkat Peringkat Layak Investasi dari S&P)

Selain pencapaian tersebut, BEI juga mencatatkan kinerja yang cukup memuaskan. Beberapa di antaranya yaitu keberhasilan  membukukan laba komprehensif tahun berjalan sebesar Rp 360,61 miliar. Angka ini meroket 194,25 persen dari laba tahun 2015 yang hanya Rp 122,55 miliar.

Kenaikan laba komprehensif BEI ditunjang oleh peningkatan total pendapatan sebesar 34,5 persen menjadi Rp 1,42 triliun dibandingkan dengan Rp 1,05 triliun pada 2015. Hal ini juga didorong penekanan jumlah beban yang hanya meningkat 11 persen dibanding tahun sebelumnya menjadi Rp 1,03 triliun.

(Baca: Cetak Rekor Baru, Kapitalisasi Pasar BEI Tembus Rp 6.000 Triliun)

Pencapaian kinerja BEI yang cukup baik juga terlihat dari nilai kapitalisasi pasar yang naik 18,09 persen dengan pencapaian tertinggi sepanjang sejarah BEI sebesar Rp 5.919 triliun pada 8 November 2016. Rata-rata nilai transaksi harian meningkat 30,09 persen dan mencapai nilai transaksi harian tertinggi sepanjang sejarah BEI sebesar Rp 189 triliun pada 11 November 2016.

Rata-rata rekuensi transaksi harian tumbuh 19,20 persen, dan mencapai frekuensi transaksi harian tertinggi sebanyak 433 ribu kali pada 11 November 2016. Sedangkan, rata-rata volume transaksi harian juga tumbuh 32,04 persen dengan pencapaian volume transaksi tertinggi sebesar 36 miliar saham pada 27 Oktober 2016.

Penggalangan dana di pasar modal Indonesia pada 2016 juga mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah, nilainya mencapai Rp 675,05 triliun dan US$ 247,50 juta. Jumlah ini terbagi dalam Pencatatan Saham Perdana senilai Rp 12,11 triliun, Pencatatan Saham dengan Hak Memesan Efek Terlebih dahulu (HMETD) senilai Rp 62,51 triliun, dan penerbitan waran senilai Rp 1,14 triliun.

Hasil tersebut juga ditopang oleh 84 emisi baru obligasi dan sukuk korporasi yang diterbitkan oleh 56 Perusahaan. Hal tersebut tercatat dengan nilai Rp 113,29 triliun dan US$ 47,50 juta, pencatatan satu Exchange Traded Fund (ETF) senilai Rp 6,3 miliar, dua emisi Efek Beragun aset (EBA) senilai Rp 1,37 triliun, serta 220 seri Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 484,63 triliun dan US$ 200 juta.

(Baca: Bursa Asia Tumbang, IHSG Cetak Rekor Tertinggi Jelang Libur Lebaran)

Dengan semua hasil yang dicapai tahun lalu, BEI optimistis tahun ini punya potensi yang lebih baik. BEI akan kembali melanjutkan kinerja yang baik untuk mengejar target menjadi yang terdepan di kawasan ASEAN, sesuai arah yang tertuang dalam Master Plan BEI 2016-2020.

Untuk mengejar target tersebut, manajemen akan fokus pada empat pilar utama. Keempatnya adalah penambahan jumlah investor aktif, peningkatan jumlah perusahaan tercatat, penguatan Anggota Bursa, dan penguatan ketahanan industri pasar modal Indonesia.

BEI melaporkan hingga akhir tahun 2016, terdapat 187.268 investor yang aktif bertransaksi. Angka ini meningkat 21,3 persen dari tahun sebelumnya. Pendirian Pusat Informasi Go Public (PIGP) diharapkan dapat meningkatkan jumlah perusahaan yang mencatatkan sahamnya di BEI. Hingga tahun lalu BEI telah membuka lima PIGP di Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya.