Sentimen positif pasca kenaikan bunga dana bank sentral Amerika Serikat alias Fed Fund Rate masih menyelimuti pasar keuangan domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Jumat (17/3). Padahal, beberapa indeks di Asia berbalik melemah.
Meski sempat merosot ke jalur merah, IHSG berhasil bangkit jelang penutupan perdagangan dan tercatat menguat 0,4 persen ke level 5.540. Ini artinya, pasca kenaikan Fed Fund Rate pada Rabu (15/3), indeks telah menguat nyaris dua persen. Level indeks ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah di Bursa Efek Indonesia (BEI). Rekor tertinggi sebelumnya terjadi pada 7 April 2015 sebesar 5.523. (Baca juga: Indonesia Berpeluang Segera Raih Peringkat Layak Investasi dari S&P)
Pencapaian rekor baru IHSG ini sesuai prediksi Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya. Menurut dia, indeks berpeluang menguat setelah pasar memeroleh kepastian terkait kenaikan Fed Fund Rate. “(Penguatan indeks) ditunjang juga oleh capital inflow (arus masuk modal asing) yang terlihat mulai massive (besar),” kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Katadata, Jumat (17/3).
Mengacu pada data RTI, investor asing mencatatkan pembelian bersih sebesar Rp 2,4 triliun di pasar reguler dan Rp 2,5 triliun di keseluruhan pasar pada perdagangan Jumat. Dengan perkembangan ini, maka sepanjang tahun, investor asing telah membukukan pembelian bersih Rp 7,45 triliun di pasar reguler dan Rp 4,28 triliun di keseluruhan pasar. (Baca juga: Cetak Rekor Baru, Kapitalisasi Pasar BEI Tembus Rp 6.000 Triliun)
Di Asia, penguatan indeks juga terjadi pada indeks Kospi di Korea Selatan sebesar 0,67 persen menjadi 2.164 dan indeks Hang Seng di Hong Kong yang naik 0,09 persen menjadi 24.309. Di sisi lain, Topix Index (Tokyo) di Jepang melemah 0,43 persen ke level 1.565, demikian juga CSI 300 Index di Cina turun 1,03 persen.
Menanggapi pergerakan positif di bursa saham, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, penguatan terjadi lantaran pasca pengumuman Fed Fund Rate, imbal hasil (yield) surat utang negara AS justru terkoreksi. “Enggak (terpengaruh), orang dia (AS) SUN-nya (Surat Utang Negara) malah turun,” ucapnya.
Mengacu pada data Bloomberg, yield SUN AS bertenor 10 tahun tercatat merosot sembilan basis poin ke level 2,51 persen di hari pengumuman Fed Fund Rate. (Baca juga: Sri Mulyani: Investor Amerika Lebih Minati Surat Utang Indonesia)
Sebelumnya, Asisten Gubernur Bank Indonesia (BI) Doddy Budi Waluyo menyebut, penguatan indeks dan rupiah bukan hanya disokong sentimen positif pasca kenaikan Fed Fund Rate, tapi juga seiring dengan baiknya kondisi fundamental ekonomi Indonesia.