PT Bursa Efek Indonesia (BEI) akan membuka kesempatan kepada para pengusaha rintisan digital (start up) untuk meningkatkan kapasitasnya dalam berbisnis melalui pasar modal.
Hal itu dimungkinkan melalui program inkubator bagi perusahaan rintisan digital (start up) dan usaha kecil dan menengah (UKM) yang digagas oleh BEI. Lewat program ini, perusahaan start up akan dibantu untuk berkembang. Mereka juga akan difasilitasi dan dididik mengenai pengembangan rencana bisnis, termasuk mendirikan sebuah Perseroan Terbatas (PT).
Bukan hanya itu, inkubator juga memfasilitasi perusahaan rintisan bertemu dengan investor. "Di sana nanti perusahaan start up akan diajari bagaimana caranya membuat laporan keuangan, caranya membuat PT, merapikan accounting mereka, mengajarkan mereka membuat projection, memperkenalkan dengan investor atau angel capital sampai mereka siap go public," ujar Direktur Utama BEI Tito Sulistio saat meresmikan program inkubator bisnis, Kamis (26/1).
(Baca juga: Terendah dalam 7 Tahun, Bursa Cuma Bisa Tarik 15 Emiten Baru)
Program yang merupakan kerjasama dengan Bank Mandiri ini akan dimulai bulan Februari. Sementara pendaftarannya mulai dibuka besok (27/1). Tito menargetkan 30 perusahaan akan menjadi peserta awal dalam program ini.
Saat ini, berdasarkan aturan yang berlaku, sebuah perusahaan harus memiliki aset berwujud bersih minimal Rp 5 miliar supaya dapat melepas sahamnya ke publik. Selain itu, sesuai petunjuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK), perusahaan diwajibkan serta penerapan tata kelola usaha yang yang baik.
Untuk itu, BEI dan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sedang menyiapkan papan bursa khusus untuk startup dan UKM. Papan bursa khusus UKM ini nantinya akan punya aturan dan persyaratan yang didesuaikan dengan skala bisnis mereka.
(Baca juga: BEI Minta Pemerintah Desak 52 Perusahaan Besar Masuk Bursa)
Program inkubasi startup yang akan berkantor di Gedung Plaza Bappindo lantai 16 ini nantinya akan menampung 4 sampai 6 perusahaan, masing-masing 2 sampai 4 orang. Para calon peserta diwajibkan untuk melakukan pendaftaran, setelah itu akan dilakukan seleksi.
Bagi yang lolos, selain mendapatkan pelatihan dan fasilitasi para peserta akan disediakan berbagai fasilitas penunjang kerja.
Hanya saja, untuk mengikuti program ini, tiap orang mesti merogoh kocek Rp 1 juta per bulan. "Memang sengaja tidak digratiskan, supaya anggota ada komitmen untuk terus berpartisipasi," ujar Head of Privatization Start Up, SME and Foreign Listing Saptono Adi Junarso.
(Baca juga: Freeport Siap Divestasi Saham Melalui IPO di Pasar Modal)
Ia mengatakan, program pendidikan intensif inkubasi tersebut bisa memakan waktu hingga enam bulan. Jika sukses di Jakarta, maka program ini akan direplikasi di Bandung, Medan, Jakarta dan Bali.