Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat rekor nilai kapitalisasi pasar. Pada perdagangan saham, Rabu (20/7), nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia sudah mencapai Rp 5.639 triliun atau sekitar US$ 430 miliar (dengan kurs dolar Rp 13.100).
Nilai kapitalisasi ini merupakan rekor tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. Rekor sebelumnya sempat terjadi pada 7 April lalu yang mencapai Rp 5.565 triliun.
Direktur Utama BEI Tito Sulistio mengatakan peningkatan nilai kapitalisasi pasar ini menjadikan Indonesia sebagai pasar emerging market terbesar di Asia Tenggara. Saat ini kapitalisasi pasar BEI telah melampaui bursa Malaysia yang hanya US$ 402 miliar, Thailand US$ 400 miliar, dan Filipina sebesar US$ 285 miliar.
Bahkan, pertumbuhan nilai kapitalisasi sejak awal tahun ini mampu mencetak rekor paling tinggi dibandingkan bursa-bursa utama dunia. BEI mencatat pertumbuhan nilai pasar modal Indonesia sepanjang tahun ini sudah mencapai 22,95 persen dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu sebesar US$ 350 miliar.
Sebelumnya pada Rabu (13/7), BEI telah mencatatkan rekor frekuensi perdagangan saham tertinggi sepanjang masa, hingga mencapai 376.377 kali transaksi. Rekor sebelumnya terjadi pada 10 Juli 2014, sebanyak 373.249 kali transaksi.
Peningkatan kapitalisasi pasar BEI hingga menembus rekor ini juga sejalan dengan kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang tercatat menembus level psikologisnya dengan ditutup meningkat 1,35% atau 69,99 poin ke posisi 5.242,823 poin dibanding penutupan sehari sebelumnya. Sepanjang tahun ini, laju IHSG telah menguat 14,15% jika dibandingkan dengan posisi IHSG di akhir 2015 di level 4.593,008 poin.
Menurut Tito pencapaian rekor di pasar modal ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah, salah satunya program pengampunan pajak atau tax amnesty. Investor merespons positif langkah pemerintah membuat aturan mengenai pengampunan pajak, sehingga disetujui oleh DPR menjadi Undang-Undang pada akhir bulan lalu.
Pasar menganggap tax amnesty akan berdampak kepada masuknya likuiditas sehingga berpengaruh pada penguatan rupiah. Ini akan membuat tingkat suku bunga acuan bank sentral menurun sehingga bisa memperkuat pasar modal.
"Hal yang paling penting dari tax amnesty adalah isu positif mengenai masa depan perekonomian kita," ujar Tito ditemui di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (21/7). (Baca: Pengusaha Optimistis Industri Konstruksi Melejit Akibat Tax Amnesty)
Selain itu, dia juga tidak menampik faktor lain yang membuat keberhasilan pasar modal mencetak banyak rekor kali ini. Diantaranya perekonomian dan kinerja bisnis para emiten yang sedang baik, kerja kerja keras para pialang saham.
"Kami harap dengan kesiapan semua pihak, market cap (kapitalisasi pasar) kita bisa tembus hingga Rp 6.000 triliun," ujarnya.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada. Dia mengatakan sejauh ini pasar masih mempercayai upaya pemerintah untuk menarik dana besar orang Indonesia yang disimpan di luar negeri (repatriasi) lewat program tax amnesty.
"Selain itu juga ada indikator lain, seperti nilai tukar rupiah serta tingkat inflasi yang terjaga," kata Reza kepada Katadata. (Baca: OJK Larang Dana Repatriasi Dipinjamkan untuk Perusahaan Asing)
Sementara Ketua Asosisi Analis Efek Indonesia Haryajid Ramelan optimistis dengan mulai berjalannya tax amnesty akan membuat kapitalisasi pasar modal akan terus naik. Hingga akhir tahun, dia memperdiksi nilainya bisa mencapai Rp 6.000 triliun.
IHSG pun akan bisa tembus ke level 6.000, sehingga banyak perusahaan yang akan mengantre untuk mulai mencatatkan sahamnya di pasar modal atau Initial Public Offering (IPO). "Perusahaan yang tadinya ragu karena IHSG hanya 4.800, sekarang menganggap aji mumpung dan akan IPO," kata Haryajid.