Gagal Dapat PMN Tidak Akan Pengaruhi Kinerja Bank Mandiri

KATADATA
Penulis:
Editor: Arsip
12/2/2015, 15.54 WIB

KATADATA ? Analis menilai kegagalan PT Bank Mandiri Tbk. mendapatkan penyertaan modal negara (PMN) tidak akan berpengaruh pada kinerja perseroan. Permodalan Bank Mandiri masih cukup kuat bahkan berpeluang untuk masuk dalam qualified ASEAN bank (QAB) atau bank yang mendapat fasilitas investasi di ASEAN.

Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menyebut sebenarnya Bank Mandiri membutuhkan suntikan dana dua kali lipat dari modal yang dimiliki perseroan saat ini. Kebutuhan modal ini diperlukan agar Bank Mandiri bisa setara dengan jajaran lima besar bank-bank di ASEAN.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), total modal Bank Mandiri per Desember 2014 mencapai Rp 85,7 triliun. Sementara rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perseroan mencapai 17 persen. Makanya Bank Mandiri cukup optimistis masuk QAB.

Menurut Kiswoyo, rencana tambahan modal dari penerbitan saham baru (rights issue) sebesar Rp 9 triliun tidak berpengaruh besar pada Bank Mandiri. Bahkan meski rencana rights issue tersebut gagal.

"Kalau untuk jadi bank terbesar di ASEAN, itu harus suntik modal dua kali dari modal dia (Bank Mandiri) sekarang. Yang butuh (PMN) itu Antam," kata dia saat dihubungi Katadata, Kamis (11/2).

Meski begitu, kata Kiswoyo, Bank Mandiri sudah memenuhi syarat untuk masuk dalam QAB. Bank lainnya yang bisa masuk yakni PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI).

Dia juga optimis, target pertumbuhan kredit Bank Mandiri sebesar 15 persen ? 17 persen dan dana pihak ketiga (DPK) 15 persen, masih bisa tercapai. Kiswoyo juga yakin, ditolaknya PMN ini tak akan berpengaruh terhadap saham Bank Mandiri.

Senada dengan Kiswoyo, Analis BNI Securities Richard Jerry mengatakan bukanlah hal yang sulit bagi Bank Mandiri untuk bisa lolos dalam QAB. Apalagi, rasio kredit terhadap DPK (Loan to Deposito Ratio/LDR) masih bagus. Bahkan LDR yang ditarget  sebesar 85'86 persen sepanjang tahun ini, juga dirasa akan tercapai.

Bank Mandiri juga berencana menerbitkan obligasi asing (global bond) berdenominasi dolar Amerika Serikat (AS) akan tambah membantu permodalan perseroan. Rencananya Bank Mandiri akan menerbitkan global bond senilai US$ 800 juta - US$ 1 milliar pada semester II-2015. Selain itu Bank Mandiri juga berencana mengajukan pengurangan dividen, yang akan menambah kuat permodalannya.

Richard merekomendasikan investor ?beli? untuk saham Bank Mandiri, karena kinerjanya masih baik. Dia memprediksikan harga sahamnya bank tersebut akan mencapai Rp 13.000 per saham pada akhir tahun.

Untuk pertumbuhan kredit, dia yakin hanya akan tumbuh 12 persen. Sebab, tingkat suku bunga yang masih tinggi masih akan menjadi hambatan bagi sektor perbankan. Bahkan, perang suku bunga deposito juga dirasa masih akan terjadi, namum dibatasi aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Dia juga mengakui, kinerja Bank Mandiri sedikit melambat dibandingkan bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lainnya. Hal ini lebih banyak disebabkan oleh permasalahan di anak usaha, Mandiri Syariah. 

Reporter: Redaksi