KATADATA ? Kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dinilai dapat mengurangi kekhawatiran investor terhadap defisit anggaran. Investor asing masih akan tetap berminat ke Indonesia, sekalipun suku bunga bank sentral Amerika Serikat (Fed Rate) naik tahun depan.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan dengan naiknya harga BBM bersubsidi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa naik 15-20 persen pada 2015. Karena, risiko defisit transaksi berjalan (Current Account Defisit/CAD) sedikit berkurang.
?Turbulence (gejolak ekonomi) tahun depan memang besar, karena kenaikan Fed rate. Akan ada outflow, lalu mereka akan kembali melihat fundamental. Sama seperti 2013, saat (diumumkan) tapering dikurangi, outflow sampai Rp 120 triliun. Tapi (mereka) balik lagi,? ujarnya, kepada Katadata, Kamis (6/11).
Meski begitu, dia menyarakan pemerintah untuk segera mendorong industri manufaktur berorientasi ekspor. Sebab, kenaikan harga BBM hanya mampu menyelesaikan permasalahan defisit anggaran. Sementara defisit neraca perdagangan tidak secara langsung terpengaruh.
Selain itu, Indonesia harus mengubah orientasi ekspor dari komoditas mentah menjadi barang jadi. Karena kenaikan harga BBM hanya mampu mengurangi permintaan impor minyak. Sedangkan impor barang modal dan bahan baku masih akan tinggi, jika pemerintah tidak membangun infrastruktur yang mendukung pengembangan industri manufaktur.
Hans yakin jika pemerintah memiliki komitmen seperti ini, maka IHSG akan mampu mengarah ke level 5.800-6.000 pada 2015. Dia mengakui bahwa ada potensi investor asing akan keluar karena kenaikan suku bunga Amerika. Namun, pertengahan tahun depan, investor asing akan kembali karena melihat faktor fundamental Indonesia yang membaik.
Hal senada disampaikan oleh Kepala Riset Bahana Securities Harry Su. Menurutnya, IHSG hanya akan turun ke level 4.900 selama 2 bulan, setelah kenaikan BBM. Setelah itu, dia yakin Indeks akan bergerak naik ke posisi 5.300.
?Kalau yang (orientasi) ekspor tidak akan terkena dampak. Yang defensive, seperti consumer staples dan telekomunikasi juga tidak,? kata Harry.
Begitupun dengan Analis First Asia Capital David Nathanael Sutyanto, yang meyakini kenaikan BBM berdampak baik pada indeks. Bahkan dia memperkirakan IHSG bisa mencapai 6.000 pada 2016.
Dia mengakui bahwa dalam jangka pendek, kenaikan BBM akan menurunkan indeks hingga 10 persen. ?Tapi setelah satu tahun, saya yakin akan (naik) melampaui dari koreksi yang terjadi,? ujarnya.