Mengorek Peluang Tempat Nongkrong

KATADATA | Arief Kamaludin
KATADATA | Arief Kamaludin
Penulis:
Editor: Arsip
5/6/2014, 17.35 WIB

KATADATA ? Kemacetan yang terjadi setiap jam kantor dimanfaatkan Paramitha Sari (24), karyawan swasta di kawasan Jalan Sudirman, Jakarta, untuk beristirahat di minimarket 7Eleven.

?Biasanya ke sana pagi pas sarapan, sama sore ketika balik kantor,? katanya saat ditemui Katadata di 7Eleven di bilangan Asia-Afrika, Senayan, Rabu (4/6).

Bukan sekadar tempat bersinggah bagi karyawan saat pulang kantor, toko-toko ini juga menjadi tempat bersantai atau melakukan pertemuan oleh berbagai kalangan. ?Sambil mengerjakan tugas kuliah atau sekadar mengobrol dengan teman,? kata Diyanti Utari Syam (20) mahasiswa salah satu kampus di bilangan Senayan.

Hal ini berpotensi meningkatkan keuntungan bagi perusahaan-perusahaan ritel. Namun di sisi lain bisa menambah biaya operasional karena mesti menyediakan sejumlah fasilitas gratis, seperti internet,

Selain 7Eleven yang dimiliki PT Modern Internasional Tbk,terdapat beberapa convenience store sejenis yang juga menjadi tempat bersantai. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk memiliki Lawson, atau Indomart Point yang dimiliki PT Indoritel Makmur Internasional Tbk.

Sejak beroperasi pada 2011, 7Eleven menjadi penyumbang terbesar pendapatan Modern Internasional tiap tahun. Pada 2011, pendapatan dari 7Eleven sebesar Rp 319,2 miliar atau 35,6 persen dar total pendapatan perseroan.

Jumlah itu meningkat pada 2012 menjadi Rp 507,5 miliar (50,3 persen). Pada 2013, 7Eleven berkontribusi Rp 778,1 miliar atau 61 persen dari total pendapatan perseroan Rp 1,27 triliun.

Tahun ini, emiten berkode MDRN itu diperkirakan mencetak pendapatan sebesar Rp 1,65 triliun atau naik sekitar 29 persen dari tahun lalu. Selama kuartal I-2014, perseroan sudah membukukan penjualan sebesar Rp 339,9 miliar, lebih tinggi dibandingkan periode sama 2013 senilai Rp 293,7 miliar.

Menurut Reza Priyambada, analis PT Trust Securities, peluang mencetak keuntungan dari gaya hidup orang-orang yang suka nongkrong ini memang masih terbuka. Namun akan kurang efektif karena jika volume pembeliannyanya tidak besar.

?Yang juga perlu diperhatikan adalah biaya operasional perseroan, karena sebagai tempat nongkrong perlu menyediakan kenyamanan. Ini kan belum tentu signifikan terhadap peningkatan volume penjualan,? katanya saat dihubungi Katadata, Kamis (5/6).

Reza mengatakan, pada perusahaan retail yang dikejar adalah perputaran dari produk yang dijual. Jika semakin cepat, maka akan semakin menguntungkan.

Pada perdagangan Kamis, saham Modern Internasional ditutup menguat 1,47 persen di level Rp 690 per saham. 

Reporter: Desy Setyowati