PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk mencatatkan kinerja yang kurang memuaskan sepanjang 2019. Perusahaan produsen produk daging olahan bermerek 'Fiesta' ini mencatatkan penurunan laba bersih hingga 20,2% menjadi Rp 3,63 triliun, dari Rp 4,55 triliun pada 2018.
Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis Kamis (23/4), sebenarnya perusahaan produsen berbagai jenis makanan olahan ini mencatatkan penjualan sebesar Rp 58,63 triliun pada 2019. Capaian tersebut naik 8,6% secara tahunan dibandingkan Rp 53,95 triliun pada 2018.
Adapun penyebab turunnya laba bersih perusahaan yaitu beban pokok penjualan yang naik. Pada 2019 lalu, beban penjualan sebesar Rp 50,53 triliun atau meningkat 12,7% secara tahunan dari Rp 44,82 triliun. Alhasil, laba bruto perusahaan turun 11,3% menjadi Rp 8,09 triliun dibandingkan Rp 9,13 triliun pada 2018.
(Baca: Penjualan Diramal Stabil di Saat Pandemi, Saham Chicken Nugget Meroket)
Meski begitu, total aset perusahaan per akhir 2019 tercatat senilai Rp 29,35 triliun, naik 6,1% dibanding aset per akhir 2018 senilai Rp 27,64 triliun. Naiknya total aset itu disebabkan aset tidak lancar perusahaan yang naik hingga 18,5% menjadi Rp 16,05 triliun. Sementara, aset lancar turun 5,6% menjadi Rp 13,29 triliun.
Dalam laporan tersebut pun, total liabilitas perusahaan tercatat naik tipis 0,3% dari Rp 8,25 triliun di akhir 2018 menjadi Rp 8,28 triliun di akhir 2019. Liabilitas jangka pendek perusahaan tercatat naik 9,6% menjadi Rp 5,18 triliun. Sementara, liabilitas jangka panjang tercatat turun 12,1% menjadi Rp 3,09 triliun.
Meski labanya dilaporkan turun, namun pada perdagangan hari ini, saham Charoen tercatat meroket 4,87% menjadi Rp 4.310 per saham. Saham ini diperdagangkan sebanyak 23,76 juta unit saham dengan nilai transaksi Rp 102,4 miliar, dan frekuensi 9.589 kali.
(Baca: Bisnis Pakan Prospektif, Charoen Pokphand Genjot Investasi)
Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Gusta Utama memperkirakan kinerja perusahaan yang bergerak di produk makanan olahan seperti Charoen Pokphand memiliki kinerja yang positif di tengah mewabahnya virus corona.
"Kinerja penjualan produk-produk yang cenderung stabil di tengah-tengah wabah Covid-19 yang melanda Indonesia," kata Nafan beberapa waktu lalu.
Pasalnya, pandemi corona membuat masyarakat menghindari keramaian dan melakukan isolasi mandiri di rumahnya sesuai anjuran pemerintah untuk meminimalisir risiko tertular virus corona. Hal ini, membuat masyarakat membeli dan menyetok bahan-bahan pokok. Salah satunya yaitu produk daging olahan.
(Baca: Produsen Benih Anak Usaha Charoen Pokphand Incar Penjualan Rp 2,8 T)