Bursa Asia & IHSG Terus Turun Seiring Ancaman Gelombang Kedua Covid-19

ANTARA FOTO/REUTERS/Brendan McDermid/hp/cf
Bursa saham Asia mengikuti kejatuhan bursa global yang dipicu ketakutan investor terhadap ancaman gelombang kedua pandemi corona.
Penulis: Happy Fajrian
12/6/2020, 14.03 WIB

Bursa saham Asia, termasuk indeks saham gabungan atau IHSG, hingga siang ini kompak terkoreksi. Koreksi bursa Asia mengikuti kejatuhan bursa global semalam dipicu ketakutan investor terhadap potensi gelombang kedua penyebaran virus corona alias Covid-19.

Gelombang kedua virus corona berpotensi menghambat proses pemulihan ekonomi global yang baru saja membuka diri dari karantina wilayah alias lockdown di sejumlah negara. Pasalnya jika kasus baru covid-19 kembali meningkat, pemerintah berbagai negara bisa kembali menerapkan lockdown yang artinya perekonomian akan kembali terpukul.

“Tidak sulit untuk memprediksi gelombang bearish kedua di pasar dari gelombang kedua infeksi corona seiring dibukanya perekonomian terutama di pasar-pasar yang sudah berhasil rebound,” kata tim analis Mizuho Securities seperti dikutip Reuters, Jumat (12/6).

(Baca: IHSG Diprediksi Melemah, Dipicu Kekhawatiran Peningkatan Kasus Corona)

Hingga siang ini, indeks Kospi Korea Selatan terkoreksi paling dalam sebesar  2,16%, kemudian indeks Straits Times Singapura turun 1,64%, diikuti indeks Hang Seng Hong Kong 1,21%, indeks Nikkei 225 Jepang 0,59%.

Indeks Shanghai Tiongkok turun tipis 0,05%. Sementara indeks dalam negeri IHSG turun 0,47% ke level 4.831,78 pada akhir perdagangan sesi I hari ini.

Koreksi ini mengikuti bursa saham global yang anjlok cukup dalam pada penutupan Kamis (11/6). Tiga indeks utama Amerika Serikat (AS) turun hingga lebih 5%. Nasdaq 5,27%, S&P 500 5,89%, dan Dow Jones 6,9%. Kemudian indeks Eropa seperti FTSE 100 Inggris turun 3,99%, dan Xetra Dax Jerman turun 4,47%.

(Baca: Perusahaan Tiongkok Didepak dari Bursa AS, Ini Efeknya ke Wall Street)

Ketakutan investor terhadap risiko gelombang kedua virus corona di dunia cukup beralasan. DI AS jumlah kasus baru melonjak signifikan pada beberapa hari terakhir. Federal Reserve (The Fed) menyebut bahwa outlook ekonomi AS kedepan suram. “AS menghadapi jalan panjang menuju pemulihan ekonomi,” kata Ketua Fed, Jerome Powell.

Ini memicu Fed untuk kembali menurunkan tingkat suku bunga acuan di AS hingga mendekati nol persen. Powell menyebutkan bahwa tingkat bunga mendekati nol persen tersebut akan dipertahankan hingga 2023 untuk mendukung upaya pemulihan ekonomi AS.

Sedangkan dari dalam negeri, jumlah kasus baru secara nasional sempat mencatatkan rekor tertingginya dengan lebih dari 1.200 orang terinfeksi dalam sehari.

(Baca: Indeks Asia Pasifik Rebound 50% Sejak Kejatuhan Maret, IHSG Hanya 25%)