5 Direksinya Kompak Jual Saham, Bagaimana Kinerja BCA?

Arief Kamaludin|KATADATA
Lima direksi PT Bank Central Asia Tbk atau BCA kompak menjual kepemilikan sahamnya pada pekan lalu. Total transaksinya mencapai Rp 20,3 miliar.
Penulis: Sorta Tobing
14/7/2020, 15.25 WIB

Aksi lima direksi PT Bank Central Asia Tbk atau BCA yang kompak menjual kepemilikan sahamnya pada pekan lalu menjadi sorotan. Total transaksinya mencapai Rp 20,3 miliar.

Direktur Utama Jahja Setiaatmadja menjual saham BBCA senilai Rp 3,1 miliar. Lalu, Direktur Henry Koenaifi melepas saham senilai Rp 6,3 miliar, Direktur Rudy Susanto Rp 6,2 miliar, Direktur Lianawaty Suwono Rp 3,1 miliar, dan Direktur Independen Erwan Yuris Ang Rp 1,6 miliar.

Harga saham BCA per hari ini, Selasa (14/7), cenderung naik tipis. Angkanya pada pukul 14.00 WIB di Rp 30.925 per lembar saham atau naik 0,16% dibandingkan penutupan sehari sebelumnya. Kemarin, saham BBCA ditutup turun 0,4% di harga Rp 30.875 per lembarnya.

(Baca: Direksi Ramai-ramai Jual Saham, Bagaimana Efeknya ke Harga BBCA?)

BCA tercatat sebagai emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia. Pengusaha rokok Djarum, yaitu Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono, melalui PT Dwimuria Investama Andalan memiliki hampir 55% saham BBCA. Pemegang saham lainnya adalah Anthony Salim sebesar 1,76% dan 43,3% dimiliki masyarakat.

Berdasarkan data Bloomberg Billionaires Index, per 11 Juli 2020, nilai kekayaan Robert Budi Hartono mencapai US$ 15,1 miliar, sedangkan Michael Bambang Hartono mencatatkan kekayaan US$ 14,2 miliar. Kekayaan Hartono bersaudara sempat anjlok hingga US$ 1,3 miliar atau sekitar Rp 18,5 triliun dalam sepekan pada Juni lalu. Namun, posisi keduanya tetap menjadi orang terkaya nomor satu di negara ini.

Kinerja BCA

Lantas, bagaimana kinerja bank swasta nomor satu di Tanah Air itu? Pada kuartal pertama 2020, BCA membukukan laba bersih sebesar Rp 6,1 triliun. Angka ini tumbuh 8,61% secara tahunan atau dibandingkan kuartal I-2019. Pertumbuhan laba ini ditopang oleh kredit yang masih tumbuh dua digit, yaitu 12,3%.

Pertumbuhan kredit ditopang oleh segmen kredit korporasi yang naik 25,4% secara tahunan menjadi Rp 260,5 triliun. Sementara, kredit komersial dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) pertumbuhannya masing-masing 5% and 3%.

Kenaikan kredit ini mendorong pendapatan perusahaan. “Hasil kinerja kuartal pertama ini menunjukkan posisi permodalan BCA dengan likuiditas yang sehat,” kata Jahja dalam konferensi pers secara virtual pada 27 Mei 2020.

(Baca: Dirut dan Direksi BCA Jual Saham, Kantongi Dana Miliaran Rupiah)

Sementara, kredit konsumer BCA, seperti kredit perumahan Rakyat (KPR) hanya tumbuh 7% menjadi Rp 92,5 triliun, kredit kendaraan bermotor (KKB) turun 2,1% menjadi Rp 47,2 triliun, dan outstanding kartu kredit turun 3,7% menjadi Rp 12,4 triliun.

Untuk rasio kredit bermasalah (NPL) naik menjadi 1,6%. Seiring kenaikan rasio itu, terjadi peningkatan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) menjadi 2,59% dari 1,89% pada kuartal pertama 2009. Beban provisi pun melonjak 121,9% seiring dengan antisipasi pelemahan kualitas kredit.

BCA mencatat pertumbuhan dana pihak ketika sebesar 16,8% menjadi Rp 741 triliun pada triwulan pertama 2020. Dengan begitu rasio likuiditas alias LDR berada pada 77,6%. Pertumbuhan DKP didorong dari peningkatan jumlah rekening sebesar 13,7% menjadi 22 juta rekening.

(Baca: Potensi Besar Bank Digital yang Makin Dilirik Banyak Pemain)

Manajemen BCA mengakui pandemi corona membuat operasionalnya terganggu. Hal ini terutama terjadi di kantor cabang dan unit yang berada di pusat perbelanjaan dan perkantoran. Namun, kondisi itu tidak berpengaruh terhadap jumlah pekerjanya. BCA tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) atau merumahkan karyawan.

Perusahaan optimistis pendapatan dan laba bersihnya dapat tumbuh 25%.  “Dari segi laba bersih, diperkirakan ada kenaikan kurang lebih 25% untuk periode terkini 2020, dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” tulis manajemen BCA dalam keterbukaan informasinya pada Juni lalu.

Reporter: Ihya Ulum Aldin, Muchammad Egi Fadliansyah