GoTo, grup bisnis teknologi hasil peleburan usaha (merger) antara Gojek dan Tokopedia baru saja diresmikan, Senin (17/5). Selanjutnya, perusahaan akan menyiapkan aksi korporasi untuk menambah modal melalui penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"(GoTo) pasti IPO, tapi belum tahu kapan," kata sumber yang tidak mau disebutkan namanya kepada Katadata.co.id, Senin (17/5).
Menanggapi rencana aksi korporasi tersebut sejumlah analis dan manajer keuangan menilai langkah GoTo untuk melantai di bursa saham nasional akan berdampak positif, tidak hanya bagi perusahaan, tetapi juga pasar modal Tanah Air.
Equity Fund Manager Avrist Asset Management Billy Nugraha mengatakan, rencana GoTo untuk IPO di pasar saham Indonesia berpotensi menarik minat investor asing untuk masuk lagi ke pasar modal dalam negeri. Pasalnya, pasar domestik selama ini kekurangan perusahaan berbasis teknologi.
"Sebagai contoh saat ini indeks LQ45 masih didominasi sektor bank dengan bobot di atas 30%. Sektor ini (bank) sangat sensitif terhadap dinamika pasar finansial global serta pertumbuhan ekonomi," katanya kepada Katadata.co.id.
Menurutnya, jika GoTo melantai di pasar modal dengan valuasi jumbo, maka hal itu bisa mengubah bobot sektor teknologi terhadap pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG). Selain itu, kehadiran GoTo juga berpotensi mendorong perusahaan-perusahaan digital lainnya untuk turut melantai di bursa saham nasional.
Analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr berpendapat, perusahaan berstatus terbuka memang akan membuat GoTo bisa menjadi perhatian publik. Tak hanya persoalan tata kelola perusahaan, tetapi juga profesionalisme, dan strategi perusahaan memperoleh keungungan.
"Tapi bisa jadi, (menjadi perusahaan terbuka) ini menjadi katalis untuk tumbuh lebih tinggi ke depan, juga meningkatkan brand profile-nya," kata Anugerah kepada Katadata.co.id.
Menurutnya, memang banyak unicorn belum membukukan laba. Namun, hal yang perlu dilihat dari unicorn adalah prospek strategi menggapai profitabilitas di masa mendatang.
Analis Ciptadana Sekuritas Robert Sebastian mengatakan, IPO GoTo berdampak positif karena merupakan aksi korporasi ini dianggap paling dinantikan oleh investor. Menurutnya, ada pergeseran arah prospek investasi ke arah bisnis digital saat ini.
Selain itu, dengan adanya IPO GoTo, bisa ada peluang menarik minat investor baru di pasar saham yang membuka akun saham.
"Karena Gojek dan Tokopedia sangat familiar untuk masyarakat umum termasuk kaum milenial," kata Robert.
Berdasarkan rilis GoTo, perusahaan mengaku valuasinya mencapai US$ 18 miliar atau setara Rp 257,04 triliun (kurs: Rp 14.280 per US$). Valuasi tersebut berdasarkan putaran penggalangan dana Gojek pada 2019 dan Tokopedia pada awal 2020 lalu.
Sementara itu, data CB Insights menunjukkan valuasi dari GoTo pada April 2021 setelah bergabung mencapai US$ 17 miliar atau setara dengan Rp 242,76 triliun. Valuasi menurut CB Insights ini, menempatkan GoTo pada urutan ke-12 sebagai perusahaan rintisan dengan valuasi terbesar di dunia.
Merger Gojek dan Tokopedia pun disebut-sebut akan menghasilkan perusahaan baru dengan valuasi mencapai US$ 40 miliar atau setara Rp 560 triliun. Jika berkaca pada potensi tersebut di pasar saham saat ini, hanya PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang lebih besar secara kapitalisasi pasar senilai Rp 781,68 triliun per April 2021.
Dengan besarnya nilai valuasi perusahaan, Robert menilai GoTo bisa meningkatkan kinerja IHSG.