Tren Lonjakan Saham Perusahan Anthoni Salim 13.000% & Saham Teknologi

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Karyawan berjalan di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (11/12/2020).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Lavinda
18/6/2021, 15.51 WIB

Tren lonjakan harga saham sejumlah emiten sektor teknologi  mencuri perhatian para investor pasar modal. Sebut saja saham PT DCI Indonesia Tbk dan PT Indosterling Technomedia Tbk yang melesat masing-masing 13.000% dan 2.000% dari level harga saat pertama kali melantai di bursa.  

Bursa Efek Indonesia (BEI) bahkan sampai menghentikan sementara perdagangan atau suspensi saham DCI di pasar reguler dan pasar tunai pada Kamis (17/6). Emiten pengelola pusat data atau data center itu melantai di pasar modal pada 6 Januari 2021 dengan harga Rp 240 per saham. Harga saham sebelum disuspensi tercatat senilai Rp 59.000. Artinya emiten berkode DCII ini mengalami kenaikan harga 13.947%.

Saham teknologi lainnya yang menguat sejak penawaran umum perdana saham (IPO) adalah PT Indosterling Technomedia Tbk (TECH), dimana harga saat IPO pada 4 Juni 2020 senilai Rp 160 per saham. Sedangkan saat ini harganya mencapai Rp 3.380 per saham yang artinya menguat hingga 2.012%.

Saham PT Multipolar Technology Tbk (MLPT) juga menguat, dimana sejak IPO pada 8 Juli 2013 di harga Rp 480 per saham, kini harganya mencapai Rp 5.350 per saham. Artinya dalam hampir 8 tahun melantai di bursa, sahamnya menguat 1.014%.

Saham PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) tercatat menguat hingga 460,87% sejak IPO pada 21 Oktober 2019 di harga Rp 230 per saham. Kini, harga sahamnya tercatat senilai Rp 1.290 per saham.

Begitu juga dengan saham PT Indointernet Tbk (EDGE) yang mampu naik hingga 453,56% sejak IPO pada 8 Februari 2021. Saat itu harga penawaran perdananya Rp 7.375 per saham, sedangkan saat ini menyentuh Rp 40.825 per saham.

BEI memang baru mengklasifikasikan indeks saham sektoral teknologi pada 25 Januari 2021. Sejak saat itu, indeks sektor ini langsung mendapat perhatian pelaku pasar, dimana mampu naik hingga 479% sampai penutupan perdagangan 17 Juni 2021.

Meski indeks sektornya baru diluncurkan awal tahun ini, keberadaan perusahaan berbasis teknologi di bursa sudah ada sejak lama. Dari 21 emiten yang tercatat masuk dalam sektor ini berdasarkan website Bursa, mayoritas mengalami kenaikan harga saham sejak masing-masing melantai melalui IPO.

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, saham-saham sektor teknologi memang menjadi anomali karena bisnisnya pun baru dan berbeda dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya.

"Ini menjadi salah satu bisnis yang ditunggu-tunggu banyak orang seperti data center (pusat data) yang masuk ke sektor teknologi," kata Nico kepada Katadata.co.id, Kamis (17/6).

Nico mengatakan, karena bisnisnya yang beda dan kebutuhan teknologi di Indonesia yang masih sangat besar, membuat perjalanan bisnis sektor teknologi masih panjang ke depannya. Sehingga menurutnya, valuasi saham-saham teknologi saat ini terbilang masih layak.

"Perkembangan terkait teknologi di Indonesia diapresiasi pelaku pasar dan investor. Pelaku pasar mungkin jenuh dengan sektor-sektor lama seperti perbankan," kata Nico.

 Pergerakan Harga Saham Sektor Teknologi Sejak IPO 
       
NoKodeTanggal IPOHarga IPOHarga Terbaru*PerubahanMarket Cap (dalam juta)
1DCII6-Jan-21 Rp              420 Rp            59,00013947.62% Rp                   140,640,000
2TECH4-Jun-20 Rp              160 Rp               3,3802012.50% Rp                       4,250,000
3MLPT8-Jul-13 Rp              480 Rp               5,3501014.58% Rp                     10,030,000
4DMMX21-Oct-19 Rp              230 Rp               1,290460.87% Rp                       9,920,000
5EDGE8-Feb-21 Rp          7,375 Rp            40,825453.56% Rp                     16,500,000
6MCAS1-Nov-17 Rp          1,385 Rp               7,500441.52% Rp                       6,510,000
7KIOS5-Oct-17 Rp              300 Rp                  840180.00% Rp                           602,480
8NFCX12-Jul-18 Rp          1,850 Rp               4,850162.16% Rp                       3,230,000
9ATIC8-Jul-15 Rp              700 Rp               1,810158.57% Rp                       4,190,000
10ZYRX30-Mar-21 Rp              250 Rp                  625150.00% Rp                           833,330
11GLVA23-Dec-19 Rp              226 Rp                  36059.29% Rp                           540,000
12HDIT12-Jul-19 Rp              525 Rp                  66526.67% Rp                       1,010,000
13DIVA27-Nov-18 Rp          2,950 Rp               3,26010.51% Rp                       2,330,000
14LUCK28-Nov-18 Rp              286 Rp                  234-18.18% Rp                           167,490
15CASH4-May-20 Rp              350 Rp                  230-34.29% Rp                           329,160
16PGJO8-Jan-20 Rp                80 Rp                     52-35.00% Rp                             37,640
17PTSN8-Nov-07 Rp              580 Rp                  216-62.76% Rp                       1,150,000
18LMAS28-Dec-01 Rp              350 Rp                     97-72.29% Rp                             76,420
19MTDL9-Apr-90 Rp          6,800 Rp               1,710-74.85% Rp                       4,200,000
20SKYB7-Jul-10 Rp              375 Rp                     51-86.40% Rp                             29,840
21ENVY8-Jul-19 Rp              370 Rp                     50-86.49% Rp                             90,000
       
 *Perdagangan Sesi 1 Jumat 18 Juni 2021 
 Sumber: Website Bursa Efek yang Diolah Katadata.co.id 

Peluang Saham Teknologi Geser Bank

Kenaikan harga saham di sektor teknologi, membuat kapitalisasi pasar (market capitalization) dari saham tersebut juga ikut terkerek. Salah satu saham yang akhirnya masuk ke jajaran big cap adalah DCI Indonesia.

Pada perdagangan 18 Juni 2021, market cap DCI Indonesia mampu menyentuh Rp 140,64 triliun. Artinya, market cap DCI Indonesia lebih besar dibandingkan dengan PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) yang senilai Rp 131,44 triliun.

Hal tersebut, membuat DCII masuk ke dalam 10 besar perusahaan dengan market cap terbesar di Indonesia di urutan kesepuluh. Nilainya, terpaut tipis dari peringkat kesembilan, yaitu PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) yang senilai Rp 143,2 triliun.

Perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar paling besar di Bursa Tanah Air, masih didominasi oleh saham-saham dari sektor perbankan. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi yang paling besar dengan nilai kapitalisasi Rp 777,25 triliun.

Di bawahnya, ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang memiliki market cap Rp 492,15 triliun. Berikutnya, ada PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dengan market cap Rp 328,89 triliun. Market cap PT Bank Mandiri Tbk berada di bawahnya dengan nilai Rp 278,83 triliun.

Menurut Nico, saham sektor teknologi yang sedang naik daun ini, bisa saja menggeser peran saham-saham perbankan sebagai pemilik market cap terbesar di Bursa Tanah Air. Hal tersebut, berkaca dari market cap perusahaan-perusahaan teknologi secara global.

"Karena kan selama ini kita didominasi sektor perbankan. Jadi kalau ditanya mungkin atau tidak (saham teknologi) menggeser (saham bank), mungkin saja, tidak ada yang tidak mungkin," kata Nico.

Menurut Nico, prospek harga saham sektor teknologi, akan sejalan dengan perkembangan teknologi di Indonesia yang masif agar sektor ini menggeliat. Sehingga, pemerintah juga perlu memajukan teknologi yang merata di Tanah Air.

Berdasarkan data companiesmarketcap.com, saham teknologi dengan market cap tertinggi adalah Apple dengan nilai mencapai US$ 2,2 triliun atau setara Rp Rp 31.657 triliun (kurs: Rp 14.396). Perusahaan teknologi dengan market cap besar lainnya adalah Microsoft senilai US$ 1,96 triliun atau Rp 28.288 triliun.

Sementara itu, bank dengan market cap terbesar di dunia adalah JPMorgan Chase dengan nilai market cap US$ 459,39 miliar atau setara Rp 6.614 triliun. Begitu juga dengan market cap Bank of America yang senilai US$ 341,05 miliar atau setara Rp 4.910 triliun.

Reporter: Ihya Ulum Aldin