BEI: IPO Bukalapak Dongkrak Kapitalisasi Pasar Modal Rp 87,6 Triliun

Katadata/Desy Setyowati
Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky dalam konferensi pers ulang tahun ke-9 Bukalapak di Jakarta, Kamis (10/1).
Penulis: Lavinda
29/7/2021, 07.10 WIB

PT Bukalapak.com segera mencatatkan saham perdananya di pasar modal pada 6 Agustus mendatang. Unicorn bidang perdagangan elektronik (e-commerce) itu dipastikan akan menambah kapitalisasi pasar modal maksimal sebesar Rp 87,6 triliun.

"Kapitalisasi pasar akan bertambah Rp 77,3 triliun sampai Rp 87,6 triliun saat Bukalapak listing. Tergantung penawaran harganya Rp 750 - Rp 850 per saham," ujar Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna, Rabu (28/7).

Dalam prospektus penawaran umum perdana saham, Bukalapak diketahui menetapkan harga penawaran saham pada level tertinggi dari rentang awal, yakni Rp 850. Dengan demikian, kapitalisasi pasar berpotensi berada di level atas, Rp 87,6 triliun. Saat ini, total nilai kapitalisasi pasar modal Tanah Air tercatat mencapai Rp 7.279 triliun.

Menurut dia, unicorn berpotensi menghimpun dana hasil penawaran saham dalam jumlah besar karena jangkauan investor unicorn cukup luas. Ke depan, hal ini akan meningkatkan partisipasi investor lokal dan asing, baik retail maupun institusi.

"Hal terpenting juga, IPO unicorn dapat menciptakan SID baru. Kami berharap jumlah investor terus bertambah," katanya.

Sebelumnya, BEI menyampaikan nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia bisa bertambah hingga Rp 553,9 triliun jika enam unicorn yang ada di Indonesia mencatatkan sahamnya di bursa nasional.

Aditya Nugraha, Kepala Unit Pengembangan Startup dan SME BEI menyampaikan nilai itu tercatat 7,69% dari total kapitalisasi pasar yang ada saat ini sebesar Rp 7.279 triliun. Asumsi nilai kapitalisasi itu berdasarkan perkiraan nilai valuasi terkini dan data kapitalisasi pasar per 16 Juli 2021.

"Manfaat bagi pasar modal jika unicorn IPO (initial public offering), salah satunya pottensi peningkatan nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia sebesar Rp 553,9 triliun," ujar Aditya dalam Edukasi Wartawan terkait IPO Unicorn melalui pertemuan virtual, Rabu (28/7).

Berdasarkan paparan BEI, dari 12 unicorn yang terdapat di kawasan Asia Tenggara, enam di antaranya berada di Indonesia. Aditya mengklaim Indonesia menjadi penghasil perusahaan unicorn terbanyak di kawasan ini "12 unicorn di Asia memiliki valuasi pre-IPO gabungan sebesar US$ 38,2 miliar," katanya.

Sejumlah perusahaan unicorn yang ada di Indonesia antara lain, Bukalapak, Traveloka, J&T Express, JD.id, dan OVO. Sementara itu, perusahaan gabungan antara Gojek Indonesia dan Tokopedia, GoTo, kini masuk ke dalam jajaran decacorn.

Di kawasan Asia Tenggara, terdapat 70 perusahaan centaur atau perusahaan rintisan (startup) dengan valuasi US$ 100 juta - US$ 1 miliar. Dari jumlah itu, sebanyak 39% atau 27 perusahaan di antaranya berasal dari Indonesia. Hal itu membuktikan, Negeri Katulistiwa memiliki potensi besar untuk menghasilkan unicorn baru di masa mendatang.

"Centaur juga berpotensi untuk IPO dengan nilai perolehan dana dan nilai kapitalisasi pasar besar ke depan," ujarnya.

Daftar Unicorn IPO Tahun Ini, Bukalapak dan GoTo?

Dalam kesempatan tersebut, Nyoman juga menyampaikan pihaknya mengantongi proposal dari tiga perusahaan unicorn berbasis teknologi yang akan mencatatkan sahamnya di pasar modal. Namun, dalam perkembangannya, dua perusahaan di antaranya telah memutuskan untuk bergabung.

"Kalau dari sisi jumlah, sebetulnya ada tiga, tapi dua ini sudah bergabung menjadi satu. Jadi secara institusi masih tiga, tapi karena mereka melakukan aksi korporasi, maka akan menjadi satu dan akan lebih besar," katanya. 

Sudah menjadi rahasia umum, perusahaan raksasa transportasi berbasis teknologi Gojek Indonesia dan unicorn e-commerce Tokopedia baru saja melebur dan membentuk induk usaha bernama GoTo.