Ragam Kendala IPO BUMN yang Buat Target Erick Thohir Meleset

Katadata
Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
Editor: Yuliawati
8/10/2021, 05.30 WIB

Setelah melewati masa dua tahun menjabat Menteri BUMN, mimpi Erick Thohir membawa perusahaan pelat merah melantai di Bursa Efek Indonesia bakal terwujud. Anak usaha Telkom, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel), bakal menggelar penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) pada akhir 2021.

Selanjutnya, anak usaha Pertamina, PT Pertamina Geothermal Energy, berada dalam urutan berikutnya. Namun, prosesnya masih membutuhkan waktu lebih lama. “Kami masih menunggu persiapan holding geothermal energy,” ujar  Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga dalam bincang secara virtual, beberapa hari lalu.

Sebelumnya, BUMN yang terakhir IPO adalah PT Phapros Tbk (PEHA). Anak usaha PT Kimia Farma Tbk (KAEF) itu melantai pada 16 Desember 2018.

Sejak awal masa kepemimpinannya, Erick memasang target BUMN dan anak usahanya melantai di bursa. Namun, rencana tersebut tak mudah untuk direalisasikan.

Pengamat BUMN dari Universitas Indonesia Toto Pranoto mengatakan, proses IPO yang merupakan langkah privatisasi sebagian saham BUMN memang membutuhkan persiapan yang panjang. Mulai dari usulan di komite privatisasi, pembahasan dan persetujuan di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), baru bisa eksekusi IPO.

"Proses panjang ini yang terkadang menghambat kecepatan BUMN untuk bisa IPO," kata Toto kepada Katadata.co.id, Rabu (6/10).



Persetujuan anak atau cucu BUMN untuk IPO bisa lebih cepat dibandingkan BUMN yang sahamnya dipegang langsung oleh pemerintah. Alasannya, proses IPO anak-cucu BUMN hanya meminta persetujuan dari rapat umum pemegang saham (RUPS) saja. Karenanya IPO anak BUMN menjadi lebih ramai.

Selain proses yang panjang, kendala agar BUMN bisa melantai di bursa yaitu ada persyaratan administrasi yang harus dipenuhi oleh perusahaan pelat merah tersebut. Seperti syarat posisi laba sebelum IPO atau jumlah minimal porsi saham yang bisa dilepas ke publik.

"Ada yang lebih penting menurut saya adalah bahwa prospek perusahaan tersebut harus bagus sehingga menarik minat investor. Karenanya upaya-upaya memperbaiki kinerja BUMN sebelum IPO menjadi penting," kata Toto.

Seretnya IPO BUMN maupun anak-cucunya dalam dua tahun terakhir, juga disebabkan pandemi Covid-19 yang membuat volatilitas pasar saham pada 2020 hingga semester I-2021 sangat tinggi. Hal ini membuat sejumlah rencana IPO BUMN dan anak-cucunya menjadi tertunda.

Seperti rencana PT Adhi Commuter Properti, anak usaha PT Adhi Karya Tbk (ADHI), yang mau IPO pada akhir 2020. Namun, belum usai tutup tahun, Adhi Commuter Properti mengurungkan niat tersebut sehingga ditargetkan kembali bisa terealisasi pada 2021 ini.

Toto mengatakan, emiten BUMN biasanya ditunggu sebagai salah satu motor pendorong pergerakan bursa saham. Rencana IPO sejumlah BUMN dan anak-cucu diperkirakan akan menarik minat investor. "Di samping karena prospek usaha yang didorong peran mereka sebagai pemimpin pasar di industrinya," kata Toto.

Kapan Waktu yang Tepat BUMN untuk IPO?

Kepala Informasi Investasi Mirae Asset Sekuritas Roger M. M mengatakan, waktu yang tepat untuk BUMN melantai di Bursa adalah 2022 karena ada momentum pemulihan ekonomi. "Saya harap pada 2022 beberapa anak usaha BUMN bisa IPO," katanya dalam bincang dengan media secara virtual, kamis (7/10).

Koleganya, Senior Informasi Investasi Mirea Asset Martha Christina mengatakan, tak hanya soal perbaikan ekonomi yang menjadi pertimbangan kapan sebaiknya IPO BUMN dilakukan. Hal penting lainnya adalah dari sisi kinerja perusahaan.

"Kalau menurut saya ada yang lebih penting selain dari sisi waktu yaitu dari sisi kinerja perusahaan. Tentunya kapan waktu terbaik adalah ketika perusahaan yang punya kinerja baik," kata Martha.

Ia mengatakan, seluruh pelaku pasar modal ingin perusahaan-perusahaan yang IPO punya kinerja yang baik, punya neraca yang bagus, dan punya prospek yang cerah. Sehingga perusahaan, baik BUMN maupun non-BUMN, ketika go public bisa menjadi salah satu pilihan investasi.

Keuntungan melakukan investasi pada BUMN karena umumnya BUMN punya target pasar yang jelas karena terdapat banyak proyek yang dijalankan pemerintah selaku pemegang saham. Martha juga melihat keuntungan lainnya, karena kapasitas BUMN besar.

Saham-saham BUMN maupun anak-cucunya, kata Roger, biasanya saham yang dibeli untuk jangka panjang. Banyak keuntungan dari saham BUMN, terutama terkait kebijakan maupun proyek-proyek yang bisa didapatkan dari induk usahanya.

"Keuntungan secara umum pada pasar modal, tentu IPO anak BUMN memberikan indikasi bahwa memang pasar ini lagi bagus, momentumnya lagi pas," ujar Roger.

Dengan melantainya BUMN, memberikan optimisme pada pelaku pasar saham. Sehingga, banyak sisi positif yang bisa dipetik dari IPO BUMN maupun anak-cucu usahanya bagi investor maupun bagi pasar modal secara umum.

Reporter: Ihya Ulum Aldin