Bos BEI, Pejabat BI, dan Petahana Berebut Ketua OJK Bidang Pasar Modal

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi
Penulis: Lavinda
7/3/2022, 14.04 WIB

Panitia Seleksi Pemilihan Calon Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) Periode 2022-2027 menetapkan tiga calon Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal merangkap anggota DK OJK yang lolos dalam seleksi tahap IV. 

Ketiga calon DK OJK bidang pasar modal tersebut antara lain, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi, dan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatra Utara Doddy Zulverdi. Calon ketiga ialah Hoesen, petahana yang kini masih menjabat Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK.

Hal ini tercantum dalam Pengumuman Nomor PENG-05/Pansel-DKOJK/2022 tentang Hasil Seleksi Tahap IV (Afirmasi/wawancara) Calon Anggota DK OJK Periode 2022-2027 yang terbit Senin (7/3). 

Berikut profil ketiga calon DK OJK bidang pasar modal:

Inarno Djajadi

Inarno memulai karier di bidang pasar modal sejak akhir 1880-an. Dia menjadi petugas keuangan atau Treasury Officer di PT Aspac Uppindo Sekuritas pada 1989-1991. Kariernya kemudian berkembang hingga menjadi Direktur PT Aspac Uppindo Sekuritas pada 1991-1997.

Pria yang memiliki gelar Sarjana Ekonomi Universitas Gadjah Mada pada 1981 ini terus mengembangkan sayap karier-nya dari satu sekuritas ke sekuritas lain. Inarno menjadi Direktur PT Mitra Duta Sekuritas pada 1997-1999, lalu sebagai Direktur PT Widari Sekuritas pada 1999, dan Direktur Utama PT Madani Sekuritas pada 2000-2003.

Selain itu, Inarno juga pernah menjabat sebagai Direktur Utama dan kemudian Komisaris serta Komisaris Utama PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) pada periode 2003-2016.

Langkahnya terus menanjak dengan menjadi Komisaris Utama PT Maybank Kim Eng Securities pada 2013-2014, Komisaris Utama PT CIMB Niaga Securities pada 2014-2017, serta Komisaris BEI pada 2017-2018.

Pengalaman organisasinya dijalani dengan menjadi anggota Ikatan Pialang Efek Indonesia (IPEI) pada 1992-1994, sebagai anggota Dewan Pengawas Profesi Pasar Modal Indonesia pada 2017-2020, dan menjabat sebagai Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Jakarta Raya (ISEI Jaya) sejak 2020.

Jabatan terakhirnya, sebagai Direktur Utama BEI melalui hasil Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 29 Juni 2018 sampai saat ini.

Hoesen

Pria kelahiran Februari 1966 ini menyandang gelar Sarjana Pertanian Universitas Padjajaran pada 1990. Ia kemudian melanjutkan pendidikan Master Manajemen Keuangan dari Universitas Pelita Harapan.

Hoesen mengawali karier di pasar modal se­bagai Officer Departemen Pengendalian Risiko PT Kliring Deposit Efek Indonesia (KDEI) dan kemudian menjadi Kepala Divisi Penjaminan & Pengendalian Risiko KPEI setelah KDEI dibubarkan dan diubah menjadi KPEI dan KSEI.

Posisi Direktur KPEI didudukinya antara tahun 2005-2009 sebelum akhirnya memegang tongkat komando KPEI. Setelah itu, Hoesen bergabung dengan paket Direksi BEI yang dipimpin Ito Warsito untuk periode 2012-2015. Bergabungnya Hoesen dengan paket 1 calon Direksi BEI berbuah keberhasilannya menduduki jabatan Direktur Penilaian Perusahaan BEI. 

Setelah menyelesaikan masa jabatan sebagai Direktur BEI, Hoesen memimpin PT Danareksa sebagai direktur selama dua tahun. Sampai akhirnya, kini ia menjadi Kepala Eksekutif Pengawas bidang Pasar Modal sekaligus Dewan Komisioner OJK.

Semasa kariernya, Hoesen memiliki pengalaman panjang mengikuti berbagai workshop, seminar dan konferensi di berbagai negara. Ia bahkan pernah menuju Washington D.C., Amerika Serikat untuk acara The Development and Regulation of Securities Markets International Institute pada 2007 dan mampir ke Jepang untuk mengikuti Clearing and Settlement, Ministry of Finance Republik Indonesia, JICA Tokyo Stock Exchange pada 1997.

Tak hanya itu, Hoesen juga terlibat dalam Global Custody and Portofolio Administration, State Street KDEI pada 1996, Managing Change KPEI pada 2005 dan turut serta dalam gelaran bertema Permasalahan Saham Transaksi Saham di Pasar Modal “Gadai Saham-saham Transaksi Repo Pinjam Meminjam Saham”, Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia pada 2007.

Doddy Zulverdi

Doddy Zulverdi lahir di Bandung pada 1969 dan menempuh pendidikan llmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Padjajaran pada 1986. Kemudian, Doddy melanjutkan pendidikannya di Columbia University pada 1996 hingga meraih Gelar Master of International Affairs.

Doddy mengawali karier sebagai peneliti ekonomi di BI sejak 1993, dan sempat bertugas sebagai staf Gubernur BI pada 2001 sebelum memulai penugasan di Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) sebagai ekonom sampai 2006.

Doddy menghabiskan sebagian besar kariernya di bidang riset ekonomi moneter, model ekonomi, dan proyeksi, perumusan kebijakan ekonomi moneter, dan pelaksanaan moneter di Bank Indonesia.

Kemampuan tersebut membuat Doddy ditugaskan di Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter pada 2006, Departemen Statistik pada 2010, serta Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter pada 2013. Selanjutnya, Doddy menjabat sebagai Kepala Departemen Pengelolaan Moneter.

Pada 2018, Doddy sempat mencoba peruntungan menjadi salah satu calon Deputi Gubernur Bank Indonesia. Ia terpilih bersama dua calon lain, yakni Dody Budi Waluyo dan Wiwiek Sisto Widayat untuk melakukan uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) oleh Komisi XI DPR RI. Namun tak lolos ke tahap berikutnya.

Saat ini, dia bertugas sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatra Utara.