IHSG Berpotensi Menguat Terbatas, Fundamental Ekonomi Masih Terjaga

ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.
Karyawan memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (17/5/2021).
Penulis: Lavinda
20/5/2022, 07.49 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Jumat (20/5) hari ini diperkirakan bergerak menguat terbatas di rentang 6.757 - 6.876, setelah kemarin indeks saham ditutup naik 0,44% atau 29 poin ke level 6.823.

CEO PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan, sentimen dari pergerakan pasar global turut membayangi pergerakan indeks saham hari ini. Namun, fundamental ekonomi Indonesia yang kuat akan turut menjadi sentimen positif bagi pergerakan IHSG. 

"Sehingga hari ini IHSG masih berpotensi bergerak menguat terbatas," ujar William dalam riset tertulisnya, dikutip Jumat (20/5).

Sebelumnya, pergerakan IHSG berhasil ditutup diatas resisten level terdekat dan kembali menggeser rentang konsolidasi ke arah yang lebih baik.

Dalam hal ini, William merekomendasikan investor untuk mengoleksi sejumlah saham emiten berkapitalisasi besar, anatara lain: AALI, GGRM, AKRA, BBRI, TLKM, CTRA, dan LSIP.

Head of Research PT MNC Sekuritas Edwin Sebayang memperkirakan IHSG akan bergerak pada rentang 6.776 - 6.873, diiringi sejumlah sentimen negatif dan beberapa sentimen positif.

Sentimen negatif berasal dari kombinasi kekhawatiran naiknya inflasi yang akan memangkas laba perusahaan, dan turunnya permintaan konsumen.

Dari luar negeri, sentimen negatif juga berasal dari akan berlanjutnya kenaikan suku bunga The Fed FFR yang kembali mendorong turun Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) pada Kamis (19/5) sebesar -236.94 poin atau -0,75% sehingga selama dua hari DJIA turun super tajam sebesar -1401 poin (-4,32%).

Sementara itu, harga komoditas timah tercatat menyusut 3,07%, harga batu bara merosot 0,80%, dan harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) juga menurun 0,61%. Hal ini terjadi di tengah berlanjutnya kejatuhan nilai tukar rupiah yang saat ini menuju level Rp 14.800 per dolar AS.

Namun, terdapat pula sejumlah katalis alias sentimen positif berupa berlanjutnya kejatuhan imbal hasil (yield) obligasi AS dan Indonesia tenor 10 tahun, naiknya EIDO sebesar 1.72% serta naiknya harga komoditas minyak, emas, dan nikel yang masing-masing menguat sebesar 2,21%, 1,39%, dan 7,1%.