Transformasi BUMN Gairahkan Bursa Saham

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Transformasi BUMN yang didorong oleh Menteri BUMN Erick Thohir dapat apresiasi dari investor di pasar saham
28/5/2022, 18.30 WIB

Perubahan dalam tubuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) serta sejumlah aksi korporasi yang menyertainya tak hanya mendongkrak laba perusahaan. BUMN yang melakukan aksi-aksi korporasi ikut berperan dalam meningkatkan animo investor di pasar modal.

Perusahaan milik negara yang meraih catatan apik itu di antaranya bergerak di bidang keuangan dan telekomunikasi.

PT Telkom Indonesia Tbk. misalnya, telah memfokuskan diri dalam menyambut ekonomi digital. Beberapa aksi yang telah dilakukan misalnya mematangkan infrastruktur jaringan 5G, memperluas ranah layanan bisnis Telkomsel, hingga berinvestasi pada saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO).

Model bisnis baru dan aksi korporasi yang digeluti emiten berkode saham TLKM itu turut menarik minat investor, hingga kapitalisasi pasar atau market cap TLKM terus membesar. Tercatat, market cap TLKM mencapai Rp 425,97 triliun pada penutupan perdagangan Jumat (27/5). Sebelumnya, harga saham TLKM sempat menyentuh angka tertingginya di level Rp 4.770 pada Rabu (27/4).

Dikutip dari CNBCIndonesia.com, Menteri BUMN Erick Thohir telah mengapresiasi kinerja saham TLKM sejak bulan lalu. “Dulu, saya dimarahi banyak pihak, ’Kok, menteri bicara Telkom sunset (bisnis yang kinerjanya sedang menurun, Red).’ Tapi, sekarang dibuktikan dengan harga saham Telkom terbesar sepanjang sejarah,” ujarnya, Selasa (22/3).

Pada pekan lalu, kinerja saham Telkom telah turut mendongkrak capaian Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Selain Telkom, ada pula PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) yang melakukan pembelian kembali saham yang telah beredar (buyback).

Buyback saham senilai Rp 3 triliun itu akan diselesaikan dalam kurun waktu 18 bulan sejak Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan pada Selasa (1/3). Saat ini BBRI memiliki market cap Rp681,20 triliun di pasar modal.

Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso mengatakan, buyback yang ditempuh BRI menjadi katalis positif di pasar modal. “Walaupun secara laporan keuangan akan terpengaruh di jangka pendek, kami berharap menjadi sentimen positif di jangka menengah,” kata dia.”Secara jangka panjang, BBRI masih baik dijadikan salah satu pilihan investasi.”

Pada saat yang sama, BRI juga berupaya meningkatkan loyalitas karyawannya melalui skema Employee Stock Option Plan (ESOP). Skema kepemilikan saham oleh karyawan itu akan ditempuh dalam aksi dalam buyback saham perseroan. Aria menilai, ini juga mengindikasikan optimisme kinerja keuangan BRI.

Tak ketinggalan, PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BNI) juga mengumumkan aksi korporasinya dengan mengakuisisi 63,92 persen saham PT Bank Mayora dari International Finance Corporation (IFC).

Transaksi pengambilalihan yang dilaksanakan pada Rabu (18/5) itu menempatkan BNI sebagai pemegang mayoritas saham Bank Mayora. Sisanya, 36,08 persen, dimiliki PT Mayora Inti Utama.

Berdekatan dengan pengumuman akuisisi tersebut, pada penutupan perdagangan Jumat (20/5) lalu harga saham BBNI milik BNI menguat ke level Rp8.825 per saham. Begitupun dengan saham MYOR milik Bank Mayora yang naik ke level Rp1.655 per unitnya.

Kenaikan ini lantas berlanjut hingga Jumat (27/5), di mana harga saham BBNI sempat menyentuh level Rp9.250, sementara MYOR di level Rp1.655.

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, BNI akan fokus pada pembentukan bank digital untuk memfasilitasi nasabah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pasalnya, biaya operasional BNI untuk segmen tersebut terlalu mahal.

“Kami ingin bangun suatu bank digital yang biaya operasionalnya serendah mungkin yang bisa menjangkau masyarakat banyak, sehingga UMKM kita bisa naik lagi,” kata Royke.

Di sisi lain, PT Bank Mandiri Tbk belum menunjukkan tanda-tanda aksi korporasi dalam waktu dekat. Sebelumnya, isu rencana akuisisi Bank Mandiri terhadap bank kecil sempat berembus. Namun, dikutip dari Kompas.com, hal itu ditampik oleh manajemen.

“Sampai dengan saat ini belum ada rencana aksi korporasi dalam bentuk akuisisi bank,” kata Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi, Rabu (27/4).

Di lantai bursa, saham bersandi BMRI milik Bank Mandiri mencatat kinerja moncer. Pada perdagangan Jumat (27/5), saham BMRI melesat 3,18 persen ke level Rp 8.100 per unitnya. Sementara itu market cap BMRI mencapai Rp374,22 triliun.

Sejumlah BUMN Direncanakan IPO
Sementara itu, BUMN lain juga diproyeksikan menjadi perusahaan terbuka pada tahun ini. Pencarian dana segar dari pasar modal tersebut di antaranya akan dilakukan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), PT Pupuk Kaltim, PT Inalum Operating dan PT ASDP Indonesia Ferry.

Adapun MIND ID baru dijadwalkan melakukan Penawaran Umum Perdana atau InitiaI Public Offering (IPO) setelah Inalum Operating lebih dulu melantai di bursa saham. Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury mengatakan, Kementerian BUMN tak menutup kemungkinan untuk membuka pintu kerja sama dengan pihak-pihak lain.

“Misalnya ada mitra strategis ingin masuk dalam transaksi IPO tersebut, akan kami lihat,” ungkap Pahala, Senin (9/5) malam. IPO, kata dia, bukan saja dilaksanakan demi mencari modal dari investor, melainkan juga demi meningkatkan transparansi kinerja BUMN kepada publik.

(Tim Riset Katadata)