Indonesia bersiap mempercepat implementasi ekspor minyak sawit atau crude palm oil (CPO). Hal ini tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 38 Tahun 2022 tentang Percepatan Penyaluran CPO, Refined, Bleached and Deodorized (RBD) Palm Oil, Refined, Bleached and Deodorized (RBD) Palm Olein, dan Used Cooking Oil (UCO).
Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Harahap mengatakan, saham yang akan terpengaruh oleh aturan baru tersebut yakni, PT Astra Agro Lestari (AALI). Hal itu dikarenakan AALI memiliki porsi ekspor yang cukup besar. Juan menyebut, aturan ini membawa dampak netral terhadap pendapatan AALI karena seluruh volume penjualan diarahkan ke pasar domestik.
Mirae Asset pun mempertahankan peringkat kenaikan saham dibanding emiten sektoral atau rating overweight pada saham sektor perkebunan.
Adapun, Mirae mengunggulkan saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). Juan mengunggulkan LSIP dengan tiga alasan yakni, oil extraction rate (OER) perseroan lebih tinggi dibandingkan dengan emiten sektor sejenis. Kemudian, terkena dampak netral dari peraturan pemerintah.
Sebagai informasi, aturan tersebut dianggap dapat memicu peningkatan kegiatan ekspor minyak sawit di Indonesia. Peraturan tersebut juga memungkinkan eksportir untuk tidak memenuhi persyaratan kewajiban pasar domestik atau domestic market obligation (DMO) CPO dengan mengikuti peraturan percepatan ekspor atau flush out dan dikenakan pajak ekspor tambahan sebesar US$ 200 per ton.
Dengan aturan tersebut, perusahaan memiliki dua pilihan untuk melakukan kegiatan ekspornya, yakni dengan melalui peraturan DMO dan domestic price obligation (DPO), atau melalui peraturan percepatan ekspor.
Lebih lanjut, Juan mengatakan, tingkat persediaan CPO Indonesia saat ini sedang meningkat, diikuti oleh potensi produksi minyak sawit yang cenderung mencapai puncaknya pada dua semester dalam enam tahun rata-rata sebesar 53,8% dari total produksi tahunan.
"Untuk mengantisipasi kelebihan pasokan domestik lebih lanjut, kami mengharapkan pemerintah untuk mendorong volume ekspor minyak sawit ke depan," kata Juan dalam risetnya, Senin (20/6).
Berdasarkan laporan keuangan, total aset LSIP sepanjang kuartal I 2022 tercatat sebesar Rp 12,21 triliun. Adapun, posisi kas dan setara kas perseroan sebesar Rp 3,46 triliun.
LSIP juga membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 304,32 miliar atau naik 2,48% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 297,23 miliar.
Sementara itu, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp 764,93 miliar di kuartal I 2022 atau turun 36,02% dari sebelumnya sebesar Rp 1,19 triliun.