Bumi Resources Bantah Kabar Grup Salim Akan Jadi Investor Baru

ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.
Ilustrasi aktivitas pertambangan batu bara
Penulis: Syahrizal Sidik
1/8/2022, 15.07 WIB

Manajemen emiten pertambangan batu bara Grup Bakrie, PT Bumi Resources Tbk (BUMI), membantah kabar yang menyebutkan Grup Salim akan menjadi investor baru perusahaan.

Membaiknya kinerja perusahaan di semester pertama seiring kenaikan harga batu bara juga turut mendongkrak harga saham BUMI naik 74,63% sejak awal tahun ini ke level Rp 116 per saham dengan nilai kapitalisasi pasar saat ini di kisaran Rp 15,65 triliun. Hal ini kemudian memikat investor untuk masuk, termasuk Salim. 

Grup Salim, sebelumnya disebut-sebut akan masuk menjadi investor baru dengan membeli saham BUMI melalui skema obligasi wajib konversi. Meski, perusahaan menampik ihwal kabar itu. 

"No idea. Sebaiknya jangan berspekulasi," kata Direktur dan Sekretaris Perusahaan BUMI Dileep Srivastava, saat dikonfirmasi Katadata.co.id, Senin (1/8).

Mengacu kepemilikan saham perusahaan sampai dengan 31 Mei 2022, saat ini sebanyak 11,52% saham BUMI dimillilki HSBC Fund SVS A/C Chengdong, kemudian, NBS Clients sebesar 5,99%.

Long Haul Holdings Ltd, selaku pemegang saham pengendali tercatat memiliki 2,24% saham. Sedangkan, sisanya dimiliki oleh investor publik sebesar 80,25%.

Sampai dengan periode kuartal pertama tahun, BUMI tercatat mengantongi pendapatan sebesar US$ 349,87 juta yang setara Rp 5,24 triliun dengan asumsi kurs rata-rata Rp 15.000 per dolar AS.

Pendapatan itu tercatat mengalami kenaika sebesar 82,93% dari periode yang sma tahun lalu US$ 191,25 juta. Alhasil, BUMI mampu meraup keuntungan bersih sebesar U$ 43,25 juta atau sekitar Rp 648,75 miliar di kuartal pertama tahun ini, berkebalikan dari setahun sebelumnya yang rugi US$ 11,67 juta atau sekitar Rp 175,05 miiliar.

Dari sisi produksi, BUMI menghasilkan peningkatan produksi sebesar 16%, menjadi 16,3 metrik ton (MT) dibandingkan 19,3 MT pada periode yang sama di 2021.

Namun, harga jual rata-rata meningkat 59% dari US$ 53,1 per ton di kuartal pertama 2021 menjadi US$ 84,5 per ton di kuartal pertama tahun ini.

"Peningkatan ini sejalan dengan pemulihan harga batubara global dan tren bullish saat ini yang dipicu oleh ketidakseimbangan pasokan dan telah membawa harga batu bara ke level tertinggi dalam 10 tahun," jelas manajemen BUMI.