IHSG Anjlok Tiga Hari Beruntun, Kini Data Ekonomi IMF Jadi Biang Kerok
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup anjlok 0,62% ke level 6.890 pada sesi I perdagangan Rabu (12/10) hari ini. Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi oleh Dana Moneter International (IMF) menjadi hanya 5%, menjadi salah satu sentimen turunnya IHSG. Sejak awal pekan sampai hari ini, IHSG masih terpantau berada dalam tren menurun.
Hari ini, IMF menerbitkan hasil riset berupa memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan, seiring perlambatan global. Inflasi diperkirakan masih terus meningkat hingga tahun depan, dengan kemungkinan kenaikan harga akan lebih tinggi dibandingkan tahun ini.
Proyeksi pertumbuhan tahun depan sebesar 5%, lebih rendah 0,2 poin dibandingkan perkiraan sebelumnya. Perekonomian juga melambat dibandingkan prospek tahun ini sebesar 5,3%.
Pada awal perdagangan, indeks saham dibuka di level 6.939 dan menyentuh angka tertingginya di level 6.990. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada penutupan perdagangan paruh pertama saham hari ini, total volume saham yang diperdagangkan sebanyak Rp 18,13 triliun dan frekuensi 794.299 kali.
Tercatat sebanyak 429 saham terkoreksi, 113 saham bergerak di zona hijau, dan 130 saham tak bergerak.
Analis Kiwoom Sekuritas, Abdul Azis, mengatakan, terkoreksinya IHSG masih dipengaruhi oleh kekhawatiran investor mengenai akan rilis data Inflasi pada Kamis (13/10), dan adanya pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) minutes.
"Di sisi lain, adanya penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh IMF menjadi 5%," katanya kepada Katadata, Rabu (12/10).
Abdul Azis memperkirakan pergerakan IHSG pada sesi 2 masih akan terkoreksi. Dia merekomendasikan trading buy pada PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), dan PT Indika Energy Tbk (INDY). Dengan resistance INDY 3,350 - 3,420 dan support 3,100 - 3,170. Lalu, untuk ADRO resistance 4,080 - 4,170 dan support 3,890 - 3,960.
Sedangkan, Analis Ajaib Sekuritas M. Julian Fadli, memperkirakan hari ini IHSG diprediksi bergerak mixed dalam level 6.926 – 7.011. Adapun sentimennya antara lain, adanya perubahan poin asumsi makro dari RAPBN 2023 yakni inflasi 3,6%. Sebelumnya disepakati 3,3%, lifting gas dipatok sebesar 1.100.000 per barel, dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) disepakati di rentang 5,3%-6% dengan tingkat kemiskinan 7,5%-8,5%.
Dari mancanegara, IMF memproyeksikan tingkat inflasi global dapat mencapai 8,8% pada akhir tahun 2022. Adapun level inflasi tertinggi diperkirakan dapat terjadi di Kuartal III-2022 yaitu sebesar 9,5%. Kenaikan harga pangan dan energi yang terjadi di seluruh dunia memicu lonjakan inflasi.
Adapun, mayoritas sektor berada di zona merah dipimpin oleh sektor teknologi yang turun 2,61%. Sektor teknologi yang mengalami penurunan yaitu, PT Wir Asia Tbk yang turun 6,47% atau 22 poin menjadi Rp 318 per saham.
Lalu, PT Metrodata Electronics Tbk dengan penurunan 4,96% atau 30 poin menjadi Rp 575 per saham. Selanjutnya, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk yang turun 3,51% atau 8 poin menjadi Rp 220 per saham.
Saham yang berada di top gainers yaitu PT Bank Capital Maritama Tbk yang naik 18,79% atau 28 poin menjadi Rp 177 per saham. Lalu, top loserss yaitu PT Agung Menjangan Mas Tbk yang turun 9,18% atau 10 poin menjadi Rp 89 per saham.