Fenomena Window Dressing 2022 Diprediksi Anomali, Ini Alasannya

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc.
Petugas kebersihan melintasi layar digital pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (24/6/2022).
Penulis: Lavinda
10/12/2022, 14.00 WIB

Fenomena window dressing pada akhir 2022 diperkirakan akan berlangsung anomali dibanding tahun-tahun sebelumnya, ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di pengujung tahun konsisten menguat dalam 10 tahun terakhir.   

Window Dressing merupakan strategi perusahaan dalam memoles laporan keuangan pada akhir tahun. Istilah ini juga digunakan manajer investasi sebagai strategi untuk meningkatkan performa portofolio pada akhir tahun, sebelum disajikan kepada klien atau pemegang saham.

Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih mengatakan, secara historis, dalam tahun 10 terakhir, IHSG mengalami penguatan di akhir tahun, khususnya pada Desember, dengan probabilitas 100%.

Biasanya saham yang akan mendapatkan euforia window dressing adalah saham dengan kapitalisasi pasar tinggi serta didorong oleh kinerja keuangan yang solid.

"Gambaran window dressing pada 2022, sejauh ini di bulan Desember IHSG terkoreksi enam hari beruntun. Penurunan IHSG salah satunya dipicu oleh terkoreksinya saham GOTO dan perusahaan afiliasi yang memiliki bobot besar di IHSG," kata Ratih dalam laporan tertulisnya, dikutip Sabtu (10/12).

Pergerakan IHSG saat ini juga masih dibayangi oleh kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed. Menurut dia, hal ini tercermin pada aksi jual bersih asing atau capital outflow di pasar reguler mencapai Rp 6,6 triliun dalam sepekan terakhir.

Di sisi lain, The Fed berpotensi menaikan suku bunga sebesar 50 bps pekan depan, tepatnya pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC), 14-15 Desember 2022. "Namun tidak menutup kemungkinan akan lebih hawkish jika pengumuman inflasi pada minggu yang sama masih tercatat tinggi," ujarnya.

Ratih menambahkan, kekhawatiran akan inflasi yang masih tinggi didorong oleh indikator ekonomi AS pada November, seperti data tingkat pengangguran atau Unemployment Rate sebesar 3,7% dan data tingkat ketenagakerjaan selain sektor perkebunan atau Non Farm Payroll di level 263 ribu atau lebih tinggi dari konsensus sebesar 200 ribu.

"Ini menandakan pasar tenaga kerja masih solid, serta PMI (Purchasing Managers Index) Non-Manufaktur AS yang terakselerasi," katanya.

Jika inflasi dan kebijakan suku bunga The Fed sesuai dengan ekspektasi pasar, maka peluang window dressing pada 2022 akan terbuka.

Saham-saham pilihan yang bisa dicermati investor untuk menyambut window dressing diantaranya :

BBCA
(Buy) di area Rp 8.450-Rp 8.500 dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp 8.900 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp 8.100.

BMRI
(Buy) di area Rp 10.000 dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp10.600 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp 9.800.

MDKA
(Buy) di area Rp 4.350-Rp 4.400 dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp 4.600 serta pertimbangkan cut loss apabila break support pada area MA-50 nya di level harga Rp 4.050.

MAPI
(Buy) di area Rp 1.430-Rp 1.450 dengan target harga di level Rp 1.550 serta pertimbangkan cut loss apabila break support pada area MA-20 nya di level harga Rp 1.360.

KLBF
(Buy) di area Rp 2.050-Rp 2.100 dengan target harga pada di level Rp 2.300 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp 1.940.