Suku Bunga Naik Terus, Simak Tiga Saham Pilihan Ini

ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (9/9/2022). Perdagangan IHSG ditutup menguat 10,64 poin atau 0,15 persen ke posisi 7.242,66.
Penulis: Lona Olavia
15/12/2022, 17.00 WIB

Langkah bank sentral Amerika Serikat The Fed yang baru menaikkan  suku bunga di Desember ini diprediksi akan diikuti oleh Bank Indonesia (BI) pada pekan depan. BI selama empat kali berturut-turut menaikkan suku bunga mengikuti langkah The Fed.

Sebelumnya di pertemuan Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan November suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) berada pada level 5,25%, atau naik 50 bps dari RDG bulan lalu. Jika dihitung, spread suku bunga BI dan The Fed saat ini hanya sebesar 75 bps.

Sehingga, Bank Indonesia diprediksi akan tetap mengikuti langkah The Fed untuk menaikan suku bunga di pekan depan. "Ini demi menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mencegah capital outflow di pasar keuangan seperti saham dan obligasi, di tengah imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) yang lebih menarik,” kata Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih dalam risetnya, Kamis (15/12).

Di pasar ekuitas, asing tercatat net sell Rp 6,31 triliun secara mingguan dan dalam satu bulan terakhir mencatatkan net sell sebesar Rp 11,13 triliun. Kenaikan suku bunga The Fed yang memicu depresiasi nilai tukar rupiah turut berdampak pada imported inflation, sehingga emiten yang menggunakan bahan baku impor akan tertekan terhadap selisih kurs.

Ratih pun menilai, emiten yang menerbitkan global bond juga akan memiliki forex losses yang semakin besar dan akan menyebabkan profitabilitas menurun.

Apalagi, The Fed berpotensi melanjutkan kenaikan suku bunga hingga tahun 2023 dengan kemungkinan total kenaikan 75 bps pada periode tersebut. Hal ini sejalan dengan tingkat inflasi tahunan AS masih tinggi sebesar 7,1% di bulan November 2022, walaupun telah melandai dari bulan sebelumnya yang tercatat 7,7%, namun masih jauh di atas target The Fed sebesar 2%.

Terhitung sejak Maret 2022 The Fed memang rutin menaikkan suku bunga. Di mana, pada Desember 2022 suku bunga The Fed kembali naik 50 bps di kisaran 4,25%-4,5%. Ini menjadi suku bunga tertinggi sejak 2007 saat krisis subprime mortgage.

“Oleh karena itu, investor diharapkan lebih cermat dalam memilih saham. Carilah saham berfundamental baik, memiliki prospek bisnis yang berkelanjutan dan defensif di sektor perbankan, metal mining dan consumer goods,” kata Ratih.

Saham-saham pilihan yang bisa dicermati investor di antaranya :

PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
(Buy) di area Rp 8.500 dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp 8.900 serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp 8.100.

PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)
(Buy on Weakness) di area Rp 4.180-4.200 dengan target harga pada resistance di level Rp 4.700 serta pertimbangkan cut loss apabila break support pada area Rp 4.000.

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP)
(Buy) di area Rp 10.300 dengan target harga pada resistance terdekat di level Rp 10.800, serta pertimbangkan cut loss apabila break support di level harga Rp 9.900.

Reporter: Lona Olavia