Dua Minggu IHSG Tertekan, Analis Sarankan Borong Saham Ini

ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/foc.
Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (2/1/2023). Pada pembukaan perdagangan saham di awal tahun 2023, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 8,51 poin atau 0,12 persen ke 6.842,11.
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Lona Olavia
16/1/2023, 11.46 WIB

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan selama dua pekan pertama di tahun 2023. Momentum ini dapat dimanfaatkan bagi pelaku pasar untuk memburu saham-saham berfundamental bagus tapi dengan harga yang lebih murah.

Technical Analyst House of Traders Community Handi Erawan mengatakan bahwa pasar yang melemah bukan selalu terindikasi buruk. Namun kondisi tersebut bisa dijadikan momentum untuk membeli saham-saham berfundamental bagus.

Adapun beberapa saham pilihan di sektor keuangan, sektor metal, serta sektor teknologi menurutnya bisa diperhatikan. 

Selain itu, Handi juga merekomendasikan saham-saham consumer non-cyclical, consumer cyclical, dan infrastruktur seiring semakin dekatnya momen Ramadan dan Lebaran.

“Untuk banking ada BBCA, BBRI, BBNI, BMRI, BRIS. Sektor energi ada AKRA, MEDC, ELSA, RAJA. Sektor metal yakni ANTM, INCO, HRUM. Sektor teknologi perhatikan BUKA, GOTO, EMTK. Untuk sektor consumer non-cyclical, ada CPIN, JPFA, UNVR, ICBP, INDF. Consumer cyclical lihat ACES, ERAA, ASII. Infrastruktur perhatikan TOWR, JSMR, EXCL, ISAT, TLKM,” ujar Handi dalam keterangan resminya, Senin (16/1).

Senior Economist PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully A. Wisnubroto menilai bahwa pasar modal dalam negeri sedang diuji dengan tren yang terus melemah pada dua pekan pertama 2023.

Kendati demikian, dia mengaku kondisi tersebut tidak mengherankan. Dia menilai salah satu penekan IHSG pada periode itu karena adanya profit taking menyusul pencapaian positif IHSG sepanjang 2022 yang menguat lebih dari 4% secara tahunan.

"Jadi tidak terlalu mengherankan kalau di awal tahun ini terjadi koreksi. Terlihat ada capital outflow di pasar domestik, yang telah terjadi juga di bulan Desember,” katanya.

Sebagai informasi, sepanjang dua pekan pertama 2023, arus modal asing keluar pasar saham Indonesia mencapai Rp 5,2 triliun. Jika diakumulasikan sejak Desember 2022, arus modal asing keluar pasar saham Indonesia mencapai sekitar Rp 26 triliun. 

“Kalau dengan rata-rata kurs sekitar Rp 15.500, itu ekuivalen sekitar US$  1,7 miliar,” lanjut Rully.

Sebagaimana saham, Rully mengatakan bahwa pasar obligasi Indonesia juga sedang diuji ketangguhannya.

 Namun, jika pasar saham banyak dipengaruhi oleh ekspektasi, obligasi lebih dipengaruhi oleh inflasi dan suku bunga. “Karena ketika suku bunga naik, itu biasanya kuponnya itu akan tergerus. Jadi kalau ekspektasi ke depan mendekati peak dari kenaikan policy rate, biasanya memang dampaknya sangat baik untuk obligasi,” ujar Rully.

Yield government bond 10-years pada pekan lalu tercatat sekitar 6,7%, yang sejalan dengan penurunan yield di berbagai negara di dunia. Sebagai catatan, yield 10-years US treasury  turun ke sekitar 3,4%-3,5%. 

Pada dua pekan pertama 2023, pasar obligasi Indonesia mengalami capital inflow yang merupakan lanjutan tren sejak November 2022. Sejak periode tersebut, lanjutnya, total capital inflow ke pasar obligasi mencapai sekitar Rp 55 triliun. 

Namun dia memperkirakan pasar obligasi ke depan akan sedikit lambat dibandingkan dengan kondisi akhir tahun lalu. Hal itu karena ekspektasi inflasi dan suku bunga dunia relatif lebih landai. 

“Intinya adalah ke depan ekspektasi arah suku bunga, terutama dari Fed Fund Rate itu memiliki pengaruh besar terhadap pasar di seluruh dunia, equity, bond market, dan juga nilai tukar," ucap dia.

Reporter: Zahwa Madjid